Selasa, 27 November 2007

Perjalanan Yunani-Jakarta

"Try not to become a man of success but rather try to become a man of value." -- Albert Einstein

Jika Anda pernah membaca artikel saya beberapa waktu lalu di milis penulis bestseller berjudul “Long and Winding Road”, nah tulisan kali ini merupakan lanjutannya.

Ketika saya mengirim naskah ke penerbit besar belum mendapat jawaban maka akhirnya saya putuskan untuk mengirim ke penerbit kecil. Restu Agung; penerbit yang berada di Jakarta menerima naskah saya hanya dalam waktu 2 minggu sudah diterima.

Setelah naskah diterima saya ingin cepat menjadi buku. Buku yang ingin dilihat dan dibaca oleh salah seorang kontributor yang terus memberi dukungan. Kindeng namanya yang juga memperkenalkan saya dengan artis Jajang C Noer.

Jajang C Noer yang menulis kata pengantar di buku pertama saya ini.

Hal pertama yang saya pikirkan dari sebuah buku adalah covernya. Saya meminta suami membuat design cover buku, membuat diagram ke dalam bahasa Indonesia yang telah diberi izin oleh pembuat aslinya. Suami tampak “ogah-ogahan” ketika diminta membuat design sesuai keinginan saya.

Membuat design cover sangat penting, sebab hasil riset pasar banyak pembeli melirik buku dari bentuk covernya. Riset cover saya pelajari dari sebuah toko buku di dunia maya: www.amazon.com.

Naskah buku pertama saya (Perkawinan Antarbangsa: LOve and ShOck) ditulis oleh para wanita.
Nah bagaimana agar buku ini tidak mencerminkan sebagai buku “cewek”?
Jadilah saya berpikir agar cover tidak “berbau” wanita. Cover saya ciptakan sebagai buku serius dan tidak segmented. Saya ingin buku ini dibaca oleh semua kalangan, semua lapisan masyarakat di dunia ini.

Hasilnya memang tampak cover sebagai buku ilmiah, walaupun warna cover kurang terang seperti yang saya harapkan. Saya sebelumnya meminta agar warna BBC World dipakai. Ketika saya riset pasar di Jakarta, tampak sebuah buku yang telah lebih dahulu cetak dengan design warna cover yang hampir sama, hanya beda buku saya diatas warnanya lebih gelap.

Ada beberapa kali ide cover dari pihak penerbit yang saya tolak sebab gambar cover sangat berbau wanita. Misalnya; ada gambar bunga mawar, ada gambar pengantin dan bahkan gambar hati yang dipanah.

Setelah setuju dengan cover, seharusnya isi dari layout buku selayaknya diperlihatkan pada penulis. Namun akibat kejar tayang dan buku harus jadi sebelum tanggal 28 Oktober 2007, akhirnya saya tidak menerima ‘dummy”.

Saya tiba di Jakarta tanggal 25 Oktober 2007 malam hari. Keesokannmya langsung bertemu EO ( Event Organizer) dan penerbit.

Sejak beberapa bulan yang lalu sudah dipersiapkan bagaimana bentuk promosi buku pertama saya ini. Ide yang terlintas adalah di Universitas; tempat dimana banyak anak muda berkumpul.Mau tidak mau saya membutuhkan EO yang bersedia mengatur segala acara, sebab jarak yang jauh antara Yunani dan Indonesia tidak memungkinkan saya bergerak mencarai sponsor sendiri dan mengatur segala sesuatunya.Mencari EO susah-susah gampang, ada EO yang sudah beken ternyata tidak tertarik melakukan peluncuran buku. Akhirnya bertemulah dengan seorang anak muda di internet yang punya jiwa seni tinggi. EO Evonica namanya yang dimotori oleh Yurskie.Ia bersedia menerima tawaran kerjasama, tanpa imbalan uang cash. Saya hanya menawarkan hasil penjualan buku dari nilai diskon yang diberikan oleh penerbit. Penerbit Restu Agung tidak memberi bantuan dana promosi sepeser-pun sesuai dengan isi perjanjian di SPP (Surat Perjanjian Penerbitan).

Karena berkenalan di internet, maka komunikasi makin lancar, setiap hari saya chatting dengan EO. Chatting untuk mengarahkan dan memberi tahu harus kemana mencari sponsor. Sayang, waktu yang sempit merupakan kendala utama. EO tidak bisa bergerak mencari dana. Saat itu bulan Ramadhan dan beberapa perusahaan sulit untuk memberi keputusan sebagai sponsor dalam waktu singkat.

Yurie yang biasa menangani “Band” dengan mudah bisa masuk ke kampus-kampus. Dua bulan sebelumnya melalui pendekatan personal, saya minta ijin pada Dekan Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang untuk acara diskusi buku.

Ijin dan respon dari beberapa universitas didapatkan. Masalah tempat teratasi. Sekarang bagaimana membuat sebuah event yang besar?
Datanglah ide dari EO agar acara diadakan di Blizt Megaplex. Saya baru dengar nama Blizt dan langsung melakukan search. Tampak di layer monitor Blizt ternyata tempat anak muda nongkrong juga. Blizt adalah bioskop dan tampak modern. Saya sangat antusias melihatnya, maklum di tempat saya tinggal tidak ada gedung bioskopnya.

Tempat peluncuran awal sudah didapatkan. Kemudian masalah membayar Blizt. Yurie yang kenal dengan salah seorang supervisor Blizt Jakarta mulai melakukan pendekatan pribadi. Ia minta tolong bantuan agar dapat menggunakan Blizt dan diberi harga diskon. Usahanya berhasil, kami dapat tempat di Blizt tepat sesuai keinginan yaitu tepat pada hari Sumpah Pemuda.

Ide awal hanya untuk peluncuran buku, langsung saya ganti konsepnya menjadi Perayaan Sumpah Pemuda. Dalam hati saya ingin memberi sesuatu pada negeri tercinta, saya membaca isi Sumpah Pemuda dan terharu mengenang negeri nan jauh di mata. Tekad semakin bulat agar acara lebih fokus pada Sumpah Pemuda.

Akibat sudah sering chatting dan diskusi melalu telepon ketika pertama kali bertemu Yurie, sudah langsung akrab. Setelah bertemu kami langsung menuju ke penerbit di daerah Kwitang.

Di kantor penerbit sudah ada pemiliknya dan manager BDD-nya. Setelah basa-basi langsung saya menandatangai surat kontrak (SPP). Isi SPP bahwa buku dicetak 2000 ekslemplar dan judul buku masih memakai judul lama.

Selain cover judul merupakan “paru-paru” dari sebuah buku. Buku perdana ini, sudah mengalami beberapa kali ganti judul. Dari mulai judul “Suamiku Bule”, “Ketika Timur Bertemu Barat” dan “ Bagaimana Sih Punya Suami Asing?”. Hingga pada saat terakhir buku hendak dicetak, saya tiba-tiba mendapat ide judulnya menjadi “ Perkawinan Antarbangsa; LOve and ShOck”. Sengaja saya ingin huruf O ditulis besar agar semua yang melihat dan membaca bukunya akan berkata “ O o o o begitu ya..”.

Proses pemberian judul sebuah buku memang hak penerbit, tetapi sebagai penulis kita harus punya ide sendiri. Penulis harus rajin melakukan riset sendiri. Dari hasil riset; saya berkesimpulan bahwa pangsa pasar anak muda suka dengan nama yang berbau asing. Mulai film yang berjudul “Eiffel in Love” hingga “I beg you Prada” sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Jadilah “Love and Shock” judul yang mantap dipilih.





Bersambung