Rabu, 02 Desember 2009

Langka Yang Menolak Jabatan

Membaca beberapa artikel tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Saya jadi tergerak untuk menulis kembali setelah larut dalam kesibukan panjang untuk menyelesaikan naskah buku terbaru. Ada yang menulis tentang Sri Mulyani menjadi ‘qurban’ dan banyak pendapat bahwa dia menjadi korban.

Jika saya boleh berpendapat. Sri Mulyani adalah sosok yang sangat ambisius. Dia menjadi dosen kami sekitar sebelas tahun lampau, pada saat perusahaan BUMN tempat saya bekerja dahulu mengirim kami beberapa bulan belajar di Lembaga Management FEUI Salemba. Wajahnya menarik, penampilannya juga menarik, cara bicaranya ketika mengajar penuh semangat dan tentu saja dia sangat cerdas.

Sayang kecerdasannya ini tidak diimbangi dengan sifat welas-asih atau kasih sayang. Karena sosoknya yang memang tampak penuh ambisi berhasil menempatkannya pada posisi menjadi pejabat penting di negeri tercinta Indonesia. Sebelum pengumuman kabinet SBY yang kedua kalinya, saya membaca di milis-milis bahwa Sri Mulyani akan dicalonkan kembali menjadi Menkeu. Jika saja dia punya rasa kasih sayang pada masyarakat dan negaranya, tentu dia akan menolak ketika diberi tugas dalam hal aliran dana untuk Bank Century dan segala tetek-bengeknya.

Skandal Century saat itu sudah merebak di masyarakat Indonesia, ketika masa jabatannya sebagai Menkeu hampir selesai. Sebagai menteri keuangan yang terlibat kasus tersebut, tentu dia paham betul seluk-beluk proses pengucuran dana ke bank yang bangkrut dan carut-marut itu. Sayang sekali ketika dia diminta kembali menjadi Menkeu, jabatan itu diterimanya. Dia tidak menolaknya.

Mungkin orang yang menolak ketika mendapat promosi jabatan hanya bisa kita lihat melalui film saja. Seperti film Hollywood lawas yang saya tonton di teve minggu kemarin. Kisah seorang angkatan laut Amerika yang menolak promosi jabatan pindah ke Washington. Dia memilih tetap pada jabatannya semula, tinggal di kotanya bersama istri dan anak-anaknya, karena di kota tersebut istrinya juga bekerja.

Jika nanti Panitia Angket Dana Century dapat menjalankan tugas mereka dengan benar dan bersih dari pengaruh mafia koruptor, maka Sri Mulyani juga harus dapat bertanggungjawab terhadap lebih 250 juta penduduk Indonesia. Toh saat dia dilantik sudah melakukan sumpah. Sumpah kepada Tuhan, tanah air dan bangsanya. Tindakan yang harus dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat.