Sabtu, 12 Juli 2008
Lilypad: Kota Mengapung
"Imagination is more than knowledge" Albert E
Saya sangat kesengsem dengan hasil karya Arsitek Belgia ini, sehingga artikel ini saya terjemahkan dari website Vincent Callebaut. Tahun 2000 disaat usianya 23 tahun menerima penghargaan the Great Architecture Prize René Serrure dari Institut Victor Horta in Brussels. Sejak saat itu hingga kini berbagai penghargaan diterimanya di bidang arsitektur.
Vincent merupakan arsitek yang sangat peduli pada lingkungan global. Berbagai design arsitektur selalu menyangkut masalah lingkungan. Tahun 2007 dia membuat lima buah proyek yaitu; Anti-Smog, Innovation Centre in Sustainable Development, Paris, France, Perfumed Jungle, Ecological Master plan for the Central Waterfront, Hong Kong, China, Ecomic Tower, Ecological and Metropolitan Informatic Center, Mexico City, Mexico, Childhood’s Greentower, Crib for the Early Childhood, Paris, France, Neuronal Alien, Landscape design for the Vatnsmyri Airfield, Reykjavik, Iceland.
Lebih kurang sebanyak 35 proyek arsitektur yang dibuatnya, namun satu proyek yang paling menggemparkan tahun 2008 adalah proyek Lilypad Kota Mengapung untuk pengungsi akibat perubahan iklim dunia. Lilypad didesign oleh Vincent sebagai antisipasi untuk tahun 2100 yang digambarkkan bahwa akan banyak sekali jumlah para pengungsi dunia akibat terjadinya pemanasan global. Dia mengemukakan bahwa prinsip Archimedes bahwa cairnya es tidak akan merubah peningkatan permukaan air. Sama halnya dengan mencairnya es di dalam air di gelas. Namun ada dua sumber air raksasa yang tidak berada diatas air yang akan mencair dan langsung menuju ke laut yang menyebabkan naiknyapermukaan air laut. Hal ini berhubungan dengan gunung es di Antartika dan Greenland disisi lain, serta benua es. Hal lain yang menyebabkan naiknya permukaan laut tidak ada sangkut pautnya dengan mencairnya es, tetapi dilatasi air yang terjadi akibat pengaruh suhu udara.
Menurut ramalan GIEC (Intergovernmental group on the evolution of the climate), kenaikan permukaan laut akan mencapai 20 hingga 90 cm selama abad ke-21. Setiap kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan air naik 1 meter. Kenaikan air ini akan mempengaruhi 0.05% di Uruguay, 1% di Mesir, 6% di Belanda, 17.5% di Bangladesh dan lebih dari 80% di daerah atoll Majuro di Marshall dan pulau-pulau Kiribati hingga pulau-pulau di Maldives.
Negara-negara seperti Vietnam, Mesir, Bangladesh, Guyana atau Bahamas akan melihat tempat-tempat tinggal masyarakatnya kebanjiran dan genangan Lumpur air asin dari laut. New York, Bombay, Calcutta, Hô Chi Minh City, Shanghai, Miami, Lagos, Abidjan, Jakarta, Alexandria dan lebih dari 250 juta pengungsi dari negara lain akibat perubahan suhu udara.
Itulah sebabnya Lilypad, sebagai prototipe kota yang dibuat mengapung diatas air dan dapat menampung sebanyak 50.000 penduduk. Dan didalamnya dikembangkan kehidupan flora dan fauna disekitar danau dengan air yang ditampung dari air hujan.
Lilypad kota yang akrab dengan lingkungan dapat mengapung dari dari Monaco di Eropa hingga ke daerah bagian Atol Polenesia.
Desain yang sangat modern dalam antisipasi pengungsi akibat pemanasan global. Inspirasi dari daun lilypad Amazonia Victoria Regia, dari keluarga Nympheas, tanaman air yang ditemukan oleh ahli tanaman Jerman Thaddeaus Haenke.
Lilypad kota lingkungan yang mengapung dengan zero emisi udara. Melalui teknologi energi dari matahari (solar), angin, gelombang laut dan biomass. Bahkan dapat memperoses gas CO2 di adalam atmosfer dan meresap ke kulitnya yang terbuat dari titanium dioxide.
Sumber : vincent.callebaut.org
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar