Sabtu, 25 Juli 2009

Semakin Aku Bersyukur


Sudah lama blog ini tidak di up-date. Karena keasyikan menulis note di FB. Hingga blog indah ini yang membawa sejarah perjalanan diri ini menjadi penulis sempat terabaikan.

Sabtu 25 Juli 2009 beberapa menit lagi akan berubah menjadi tanggal 26 Juli 2009. Hari ini pengalaman hidup saya bertambah lagi. Sejak pagi suami sudah pergi menyelesaikan pesanan pelanggan. Walau Sabtu kantornya libur, dia tidak libur tetapi tetap bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan hidup kami. Saya dan si bungsu Hadi mendatanginya ke tempat dia bekerja memotong besi-besi untuk dijadikan nama toko dari pelanggannya.

Benar-benar pekerjaan yang berat, menggunakan alat pemotong besi yang menimbulkan percikan api. Tinggi tiang penyangga besi yang beratnya hampir 150 kg. Kerja keras yang sesuai dengan imbalan jasanya. Harga orderan senilai 2000 euro.

Hanya beberapa menit saja kami melihat Baba bekerja. Saya dan Hadi lalu belanja ke supermarket. Hadi ingin jagung bakar. Saya melihat harga jagung di supermarket 3 buah 1 euro 80 cent. Sedangkan jagung bakar yang dijual oleh pedagang di pinggir jalan satu buah 2 euro hingga 2 euro 50 cent. Saya meras bersyukur dapat diberi kesempatan membuat jagung bakar sendiri.

Sambil membakar jagung di dapur saya mulai menghubungi teman di FB untuk membantu menyumbang kisah seputar pasangan yang bercerai. Setelah naskah buku Bahaya Alkohol dan Cara Mengatasi Kecanduannya akan diterbitkan oleh Elex Media Gramedia, maka kali ini saya sangat tertarik untuk menulis buku CERAI. Saya suka menulis buku yang masih jarang dipasaran di Indonesia. Kalau buku tentang poligami sudah banyak beredar.

Seorang teman yang suaminya warga Pakistan dengan cepat merespon saya, dia memberikan jawaban atas permintaan sebuah kisah tentang cerai. Saya langsung baca kisahnya, dan jiwa ini serasa bergetar (mirip lag Ebiet G Ade). Kisahnya sungguh mengejutkan. Hal yang tidak pernah saya bayangkan ternyata terjadi di dunia ini.

Saya langsung tersadar dan mengucapkan "Alhamdulillah" atas segala kasih sayangNya pada diri hamba ini. Saya merasa menjadi seorang mahluk yang sangat bahagia dan beruntung. Bahwa hidup saya selalu diberi kemudahan oleh Allah SWT. Terasa semua waktu yang saya lalui penuh dengan anugrah dan kasih sayangNya.

Saya juga chatting dengan teman alumni yang ternyata walaupun sudah bekeluarga dan sebagai kepala keluarga dia masih berstatus pengangguran. Istrinya yang bekerja untuk membiayai hidup anak-anak mereka. Kalau teman yang sukses dan terkenal pasti sulit untuk diajak bicara chatting, karena biasanya mereka orang-orang yang sibuk.

Kembali lagi saya berucap "Alhamdulillah", saya bersyukur walau pun tinggal di negeri orang, namun masih tetap dapat bekerja sebagai ibu rumah tangga yang menghidangkan makanan untuk keluarga. Saya bersyukur disaat sedang ada waktu dapat menulis dan menjadi sebuah buku. Buku yang akan jadi warisan bagi ketiga anak-anak saya kelak jika saya sudah wafat.

Hidup ini indah dan hati riang jika kita dapat meihat kebawah, menundukkan mata dan menajamkan mata bathin kita. Saya selalu ingat pepatah Betawi yang mengatakan "Kalau melihat jangan ke atas nanti kelilipan." Artinya jika hidup ini ingin bahagia dan tenang selalu lah bersyukur, melihatlah ke bawah , kepada mereka yang berada dalam kesusahan, melihat kepada kemiskinan. Pepatah ini bukan mengajarkan kita untuk hidup nrimo. Bukan mengajarkan untuk menjadi pesimis. Justru pepatah ini mengajarkan kita akan selalu bersyukur. Bukankah sesuai Hadist bahwa Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambah (rejeki).

Rejeki memang tidak berpintu, dan datangnya sesuai takdir dan izin Allah SWT. Agar rejeki, kesenangan, ketenagan jiwa, kedamaian datang selalu di lubuk hati, saya selalu mengucapkan zikir di waktu senggang, di waktu dalam kendaraan, di semua waktu yang kosong. Agar waktu itu tidak hampa, tetapi penuh makna dan rasa terima kasih pada Nya.

Megara, 11.38 pm