Jumat, 21 Desember 2007

Iklan Dalam Sebuah Buku

Ingat film James Bond yang dibintangi oleh Pierce Brosnan yang rata-rata dipenuhi oleh iklan dari sponsor. Mulai dari jam tangan yang dipakai oleh Mr Bond hingga hotel, restoran, pesawat dan mobil yang digunakannya dalam beraksi membrantas musuhnya.

Iklan dalam sebuah buku masih jarang bisa ditemui, entah mungkin ada peraturannya atau memang dunia buku tidak memerlukan iklan?

Saya melihat ada buku terbit berjudul The Starbuck Experience penulisnya Joseph Michelli, jika membaca bukunya jelas buku ini sebuah iklan untuk Starbuck. Namun buku ini dikemas sebagai buku yang berbasis ilmu ekonomi atau lebih tepat kisah sukses sebuah bisnis perusahaan yang hampir bangkrut dan bangkit sukses.

Sponsor diperlukan oleh sebuah buku agar promosi buku bisa berjalan lancar. Kalau saya boleh berpendapat bahwa iklan didalam sebuah buku wajar saja asal tidak vulgar. Maksudnya tidak vulgar adalah iklan itu sesuai dengan jalan cerita dan isi dari buku.

Dalam beberapa buku fiksi terkadang ada muncul beberapa nama tempat restoran atau nama tempat tertentu. Penulisan yang wajar dalam sebuah kisah novel, dan pembaca juga tidak merasa hal tersebut sebagai sebuah iklan.

Jika penulis cerdik, seharusnya ia bisa mendapat kompensasi dari penulisan nama produk atau tempat. Ketika saya dan EO mencari sponsor untuk peluncuran buku pertama saya http://perkawinan-antarbangsa-loveshock.blogspot.com/ ada beberapa CEO yang menyebutkan jika nama company mereka ditulis dalam buku maka mereka bersedia menjadi sponsor.

Perlu atau tidaknya sponsor bagi seorang penulis memang belum lazim di Indonesia, sebab promosi buku pada umumnya tanggungjawab penerbit. Karena ada sebagian penerbit yang tidak memberi dukungan promosi buku, mak amau tidak mau penulis harus giat dan rajin mempromosikan bukunya sendiri.

Saya sendiri, sudah mendapatkan tempat untuk launching buku kedua di Mal Ciputra Jakarta untuk tahun 2008 ini. Win-win solution mengapa tidak? Mal Ciputra Jakarta muncul di buku saya dan saya mendapat tempat gratis promosi buku. Penerbit juga otomatis mendapat keuntungan dari langkah saya ini.

Siapa yang mau mencoba mencari sponsor untuk promosi bukunya?

Minggu, 09 Desember 2007

Anda Adalah Siapa Teman Anda.

You Are Who Your Friends Areby Jack Canfield and Hartati Nurwijaya.

Adalah penting untuk menyadari kekuatan dari positive thinking. Hal ini terjadi bukan hanya pada diri Anda, tetapi orang-orang disekeliling Anda.

Perilaku sangat mudah dikenali. Baik itu positif maupun negatif, mereka melekat pada diri Anda. Jika Anda dikelilingi oleh orang yang suka mengeluh, suka menghakimi, menyebar gossip negatif, dan senang menyalahkan orang lain, berperan seolah-olah sebagai korban. Oh jauhilah!

Siapakah orang yang dekat dengan Anda? Apakah mereka sudah mencapai impiannya atau orang suka mengeluh pada keadaan? Apakah mereka menyanjung orang yang punya cita-cita tinggi, atau mereka orang yang suka berolok-olok dan melecehkan? Bagaimana mereka memperlakukan Anda?

Jika Anda membuang waktu dengan orang yang tidakmendukung impian dan tujuan Anda, hal yang serius dan sudah waktunya Anda memikirkan siapa teman Anda itu.

Orang yang sukses dikelilingi oleh orang yang sudah sukses. Mudah dan gampang. Mereka orang senang disekeliling orang yang sedang berusaha meraih tujuan dan berusaha menjadikannya kenyataan. Mereka ingin mengetahui bagaimana strategi dan rahasia menjadi pemenang. Mereka tidak malu untuk berada disekeliling orang yang belajar untuk sukses dan mencari rejeki yang halal.

Anda juga, perlu dan butuh dikelilingi oleh pengaruh yang positif. Bergabunglah dengan kelompok orang yang sukses, pelajari apa yang sudah dan sedang mereka pelajari. Tidak jadi masalah Anda dan orang tersebut berasal dari latar belakang yang berbeda. Tunjukkan dan pindahkan diri Anda menjadi seorang yang berjuang meraih tujuan. Sukses bukan hanya milik orang mudah meraihnya, orang yang sudah terlahir sebagai anak orang kaya atau orang yang punya pendidikan tinggi dan mahal. Sangat banyak orang miskin yang sukses dan mereka bisa menghadapi segala rintangan dan mereka berhasil mencapai tujuannya.

Orang yang sukses tidak mendapatkannya dari berteman dekat dengan orang suka menumpahkan energi negatif. Saya sempat berkenalan dengan Deddy Tjipto ketika bertemu di Woman radio, beliau ahli Prana. Kami diskusi masalah energi positif dan negatif. Intinya bahwa energi positif harus ketemu energi positif. Energi negatif dan energi positif jika bertemu akan menghasilkan negatif. Carilah teman yang dapat mengalirkan energi positif, teman yang selalu berkata baik-baik dan teman yang selalu menghibur dan memberi dukungan.

Sebelum saya berkenalan dengan Ibrahim Isa, Edy Zaqeus, Jennie S Bev, Irvan Wirayudha, Ariana Peggy, Jonru, Catur Catriks, Rusdin Din, Eko Sugiarto, Ning Harmanto dan beberapa penulis sukses lainnya. Saya merasa kurang motivasi untuk menulis. Setelah dekat dengan teman alumni sekolah dan penulis bestseller yang banyak memberi dukungan akhirnya buku saya dapat terbit.

Saya pernah dan sering dianggap sombong atau bahkan dianggap kurang pergaulan. Sebab, sejak saya kecil selalu memilih teman. Saya tidak suka teman yang senang menebarkan energi negatif. Saya tidak suka berteman dengan orang tidak bahagia dalam hidupnya.

Energi positif hanya datang dari orang yang menyalurkan energi positifnya. Pertama, ketika saya pertama kali menelepon Rosihan Anwar dari Yunani agar bersedia menjadi pembicara di peluncuran buku. Saya katakan dalam hati harus percaya diri dan bahwa beliau adalah teman saya. Beliau adalah energi positif yang akan membantu saya. Hal itu terbukti tanpa susah payah, beliau yang sudah berusia 80 tahun lebih bersedia hadir dan bahkan membagi ilmunya serta menulis sebuah artikel di tabloid cek dan ricek tentang saya.

Kedua, ketika saya bertemu Jajang C Noer, beliau mengatakan bahwa muka saya cerah. Jajang berkata, ia menilai seseorang dari raut wajah. Lalu saya katakan bahwa rahasia hidup saya adalah berpikir positif. Segala hal yang terjadi dan saya alami semua serahkan pada Allah SWT.
Saya menjadikan anak-anak saya sebagai sumber kebahagiaan, anak yang sehat membuat saya senang. Selama ini saya disibukkan memelihara dan merawat anak tidak terasa berat. Semua saya lakukan dengan senang hati dan

Ketiga, ketika saya membaca buku Jeffrey Gitomer berjudul Yes Attitude. Salah satu hal negatif yang harus dihindari adalah uang. Jangan pernah merasa tidak pernah cukup dengan uang yang Anda miliki. Negatif adalah jika Anda ingin memiliki uang yang lebih lagi.
Hal ini sudah sejak lama saya terapkan tanpa saya sadari. Saya tidak pernah mengenalkan pada anak-anak bentuk uang. Saya tidak pernah memberitahu atau mengajarkan anak-anak saya bahwa uang adalah benda berguna. Saya bahkan tidak pernah memberi uang pada anak; sejak ia sekolah dan hingga kini sudah duduk di kelas empat SD.

Anak-anak saya lebih menghargai buku-bukunya daripada uang. Putra nomor dua bahkan diberi uang oleh Yaya (nenek dalam bahasa Yunani), ia sebutkan uang itu plastik. Ia diberi uang sebab membantu memungut buah zaitun ketika sedang panen. Uang dua lembar 5 euro sampai lecek dan robek sebab tidak seorang anak-pun yang peduli pada uang. Akhirnya saya masukkan dalam celengan mereka.

Sedangkan buku yang saya bawa dari Indonesia, selalu mereka letakkan dekat dengan tempat tidur dan minta dibacakan. Putra nomor dua baru berusia 3 tahun setengah dan si bungsu baru 2 tahun setengah.

Setelah selesai acara roadshow buku, saya tercenung di bandara ketika merasa saya berhasil mencapai impian bahwa buku pertama saya sudah terbit. Saya dan buku diberitakan dalam media massa. Namun, ternyata saat itu saya merasa bahwa hal yang terindah dan paling bahagia adalah bercanda dan bergurau bersama anak-anak saya.

Beberapa hari saya sempat malas menulis lagi, hingga masuk email dari James Athur Ray. Quote yang berisi bahwa kita jangan merasa sukses hanya dengan satu kesuksesan dan jangan patah semangat hanya karena gagal. Sama halnya dengan konsep Hadist yang menyebutkan “ kejarlah duniamu seakan engkau akan hidup seribu tahun lagi, dan janganlah lupa akhiratmu seakan engkau akan mati esok.”

Sekarang saatnya saya menulis lagi agar buku kedua dan ketiga bisa terbit tahun depan dan niat saya akan membuat peluncuran buku yang akan mengundang anak-anak yang terlantar.

Hartati Nurwijaya from Megara, Greecehttp://sumatra-bali-hartatinurwijaya.blogspot.com/http://perkawinan-antarbangsa-loveshock.blogspot.com/

Senin, 03 Desember 2007

Lanjutan

Peluncuran buku pertama di Blizt Megaplex, satu hari sebelumnya saya dibawa oleh EO ke lokasi. Kami membincangkan bagaimana letak susunan bangku dan bagaimana lay out ruangan.

Beberapa hari sebelumnya saya berpikir akan memakai pakaian daerah Minang, berupa baju kurung. Ternyata harga sewanya cukup mahal dan tidak ada waktu mencari baju ke toko. Sampai di gedung Blizt jam 11 pagi dan sponsor make up artist sudah hadir dan membawa baju kebaya.

Baju kebayanya agak kesempitan dan long torsonya juga sempit, akhirnya saya agak ‘risi’ juga. But the show must go on, sudah tidak ada waktu ganti baju lagi. Tapi saat ini baru terlintas kenapa tidak beli baju di mal bawah, mungkin ada baju yang cocok dan harganya tidak mahal.

Acara agak molor sebab menanti kedatangan pembicara Bapak Rosihan Anwar. Seharusnya acara sudah dimulai tepat jam 14.00. Buku yang saya nantikan hingga begadang ( jam 1.00 dini hari buku tercetak) di Ciracas ternyata banyak yang salah cetak. Gambar diagram buram dan ada beberapa kesalahan lainnya.

Suparno Pramudya: Manager BDD CV Restu Agung telah membantu semaksimal mungkin, bahkan ia pulang petang hari ke rumahnya naik bis dari Ciracas. Akibat langkahnya membawa kami ke percetakan, ia ditegur oleh pemilik penerbit Restu Agung; Albert David. Suparno Pramudya juga menjelaskan bahwa buku akan dicetak sebanyak 3000 ekslemplar dan sebelum kembali ke Yunani isi SPP ( Surat Perjanjian Penerbitan) yang sebelumnya ditulis 2000 diganti menjadi 3000 buku yang dibayarkan royaltinya.

Diputuskan agar buku tidak dijual, sebab saya ingat YLKI ( Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia). Jual produk harus yang baik dan tidak cacat. Namun akhirnya banyak peserta diskusi yang hadir mendesak agar mendapatkan bukunya. Walapun, sudah dijelaskan bahwa bukunya ada beberapa gambar yang buram.

Acara dibuka dengan menyanyikan bersama lagu Indonesia Raya dan langsung dapat dirijennya teman dari milis penulis bestseller; Mario Einstein. Semua peserta dan hadirin khusuk menyanyikan lagu kebangsaan.

Lalu diikuti pembacaan Sumpah Pemuda oleh Ramya Soekardi, seorang penulis cilik teman dari http://www.goodreads.com/. Ramya adalah cucu dari Bapak Asma Subrata; mantan Direktur TVRI.

Moderator Boby Lukman kurang persiapan sehingga ia tidak tahu nama lengkap pembicara. Hal ini mungkin akibat kesibukan kami dan fokus terpaku pada masalah buku yang sangat disesalkan tidak dapat dijual ketika launching di Blizt ketika itu. EO tampak kecewa, sebab pengunjung yang paling banyak datang adalah di Blizt. Ada 600 orang pengunjung yang datang.

Acara berlangsung lancar, Rosihan Anwar berkisah sejarah Sumpah Pemuda. Beliau juga menyindir mengenai pembangunan gedung raksasa yang banyak di Indonesia tetapi pemiliknya adalah orang asing.

Dikatakan juga oleh beliau, penulis buku tidak bisa mencukupi hidup. Beliau sudah menulis 40 buku lebih, dan kebanyakan rejekinya datang dari hasil menulis untuk media massa. Disarankannya penulis agar menulis artikel untuk koran, majalah dan tabloid sebagai tambahan penghasilan.

Amaliya Lerrigo pembicara dari Srikandi, tampil sangat anggun dan berwibawa. Banyak sekali info-info yang beliau paparkan dan berbagi ke hadirin yang datang ke Blizt pada hari itu.

Dari LBH APIK, Estu Fanani tampil sederhana dan khas ciri dari NGO. Banyak pertanyaan seputar hukum yang dilontarkan oleh hadirin, dan Estu dapat menjawabnya dengan lugas dan tangkas.

Ries Woodhouse tampil sederhana, tidak menampakkan bahwa ia seorang istri yang suaminya pernah memimpin UNICEF dan penerima Bintang Mahaputra dan Bintang Kehormatan dari Ratu Inggris. Figur yang ramah dan sangat peduli pada nasib para perempuan yang mempunyai pasangan orang asing.

Ries juga membantu saya melakukan perjalanan ke Sumatra Barat. Kami berdua sebagai pembicara di Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang.

Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh hadirin, antara lain mengenai……..

Acara di Blizt ternyata diliput oleh Detik.com dan inilah tulisan tersebut
http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2007/bulan/10/tgl/28/time/235831/idnews/845799/idkanal/10

Diliput oleh The Jakarta Post
http://www.thejakartapost.com/yesterdaydetail.asp?fileid=20071119.D07

Selasa, 27 November 2007

Perjalanan Yunani-Jakarta

"Try not to become a man of success but rather try to become a man of value." -- Albert Einstein

Jika Anda pernah membaca artikel saya beberapa waktu lalu di milis penulis bestseller berjudul “Long and Winding Road”, nah tulisan kali ini merupakan lanjutannya.

Ketika saya mengirim naskah ke penerbit besar belum mendapat jawaban maka akhirnya saya putuskan untuk mengirim ke penerbit kecil. Restu Agung; penerbit yang berada di Jakarta menerima naskah saya hanya dalam waktu 2 minggu sudah diterima.

Setelah naskah diterima saya ingin cepat menjadi buku. Buku yang ingin dilihat dan dibaca oleh salah seorang kontributor yang terus memberi dukungan. Kindeng namanya yang juga memperkenalkan saya dengan artis Jajang C Noer.

Jajang C Noer yang menulis kata pengantar di buku pertama saya ini.

Hal pertama yang saya pikirkan dari sebuah buku adalah covernya. Saya meminta suami membuat design cover buku, membuat diagram ke dalam bahasa Indonesia yang telah diberi izin oleh pembuat aslinya. Suami tampak “ogah-ogahan” ketika diminta membuat design sesuai keinginan saya.

Membuat design cover sangat penting, sebab hasil riset pasar banyak pembeli melirik buku dari bentuk covernya. Riset cover saya pelajari dari sebuah toko buku di dunia maya: www.amazon.com.

Naskah buku pertama saya (Perkawinan Antarbangsa: LOve and ShOck) ditulis oleh para wanita.
Nah bagaimana agar buku ini tidak mencerminkan sebagai buku “cewek”?
Jadilah saya berpikir agar cover tidak “berbau” wanita. Cover saya ciptakan sebagai buku serius dan tidak segmented. Saya ingin buku ini dibaca oleh semua kalangan, semua lapisan masyarakat di dunia ini.

Hasilnya memang tampak cover sebagai buku ilmiah, walaupun warna cover kurang terang seperti yang saya harapkan. Saya sebelumnya meminta agar warna BBC World dipakai. Ketika saya riset pasar di Jakarta, tampak sebuah buku yang telah lebih dahulu cetak dengan design warna cover yang hampir sama, hanya beda buku saya diatas warnanya lebih gelap.

Ada beberapa kali ide cover dari pihak penerbit yang saya tolak sebab gambar cover sangat berbau wanita. Misalnya; ada gambar bunga mawar, ada gambar pengantin dan bahkan gambar hati yang dipanah.

Setelah setuju dengan cover, seharusnya isi dari layout buku selayaknya diperlihatkan pada penulis. Namun akibat kejar tayang dan buku harus jadi sebelum tanggal 28 Oktober 2007, akhirnya saya tidak menerima ‘dummy”.

Saya tiba di Jakarta tanggal 25 Oktober 2007 malam hari. Keesokannmya langsung bertemu EO ( Event Organizer) dan penerbit.

Sejak beberapa bulan yang lalu sudah dipersiapkan bagaimana bentuk promosi buku pertama saya ini. Ide yang terlintas adalah di Universitas; tempat dimana banyak anak muda berkumpul.Mau tidak mau saya membutuhkan EO yang bersedia mengatur segala acara, sebab jarak yang jauh antara Yunani dan Indonesia tidak memungkinkan saya bergerak mencarai sponsor sendiri dan mengatur segala sesuatunya.Mencari EO susah-susah gampang, ada EO yang sudah beken ternyata tidak tertarik melakukan peluncuran buku. Akhirnya bertemulah dengan seorang anak muda di internet yang punya jiwa seni tinggi. EO Evonica namanya yang dimotori oleh Yurskie.Ia bersedia menerima tawaran kerjasama, tanpa imbalan uang cash. Saya hanya menawarkan hasil penjualan buku dari nilai diskon yang diberikan oleh penerbit. Penerbit Restu Agung tidak memberi bantuan dana promosi sepeser-pun sesuai dengan isi perjanjian di SPP (Surat Perjanjian Penerbitan).

Karena berkenalan di internet, maka komunikasi makin lancar, setiap hari saya chatting dengan EO. Chatting untuk mengarahkan dan memberi tahu harus kemana mencari sponsor. Sayang, waktu yang sempit merupakan kendala utama. EO tidak bisa bergerak mencari dana. Saat itu bulan Ramadhan dan beberapa perusahaan sulit untuk memberi keputusan sebagai sponsor dalam waktu singkat.

Yurie yang biasa menangani “Band” dengan mudah bisa masuk ke kampus-kampus. Dua bulan sebelumnya melalui pendekatan personal, saya minta ijin pada Dekan Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang untuk acara diskusi buku.

Ijin dan respon dari beberapa universitas didapatkan. Masalah tempat teratasi. Sekarang bagaimana membuat sebuah event yang besar?
Datanglah ide dari EO agar acara diadakan di Blizt Megaplex. Saya baru dengar nama Blizt dan langsung melakukan search. Tampak di layer monitor Blizt ternyata tempat anak muda nongkrong juga. Blizt adalah bioskop dan tampak modern. Saya sangat antusias melihatnya, maklum di tempat saya tinggal tidak ada gedung bioskopnya.

Tempat peluncuran awal sudah didapatkan. Kemudian masalah membayar Blizt. Yurie yang kenal dengan salah seorang supervisor Blizt Jakarta mulai melakukan pendekatan pribadi. Ia minta tolong bantuan agar dapat menggunakan Blizt dan diberi harga diskon. Usahanya berhasil, kami dapat tempat di Blizt tepat sesuai keinginan yaitu tepat pada hari Sumpah Pemuda.

Ide awal hanya untuk peluncuran buku, langsung saya ganti konsepnya menjadi Perayaan Sumpah Pemuda. Dalam hati saya ingin memberi sesuatu pada negeri tercinta, saya membaca isi Sumpah Pemuda dan terharu mengenang negeri nan jauh di mata. Tekad semakin bulat agar acara lebih fokus pada Sumpah Pemuda.

Akibat sudah sering chatting dan diskusi melalu telepon ketika pertama kali bertemu Yurie, sudah langsung akrab. Setelah bertemu kami langsung menuju ke penerbit di daerah Kwitang.

Di kantor penerbit sudah ada pemiliknya dan manager BDD-nya. Setelah basa-basi langsung saya menandatangai surat kontrak (SPP). Isi SPP bahwa buku dicetak 2000 ekslemplar dan judul buku masih memakai judul lama.

Selain cover judul merupakan “paru-paru” dari sebuah buku. Buku perdana ini, sudah mengalami beberapa kali ganti judul. Dari mulai judul “Suamiku Bule”, “Ketika Timur Bertemu Barat” dan “ Bagaimana Sih Punya Suami Asing?”. Hingga pada saat terakhir buku hendak dicetak, saya tiba-tiba mendapat ide judulnya menjadi “ Perkawinan Antarbangsa; LOve and ShOck”. Sengaja saya ingin huruf O ditulis besar agar semua yang melihat dan membaca bukunya akan berkata “ O o o o begitu ya..”.

Proses pemberian judul sebuah buku memang hak penerbit, tetapi sebagai penulis kita harus punya ide sendiri. Penulis harus rajin melakukan riset sendiri. Dari hasil riset; saya berkesimpulan bahwa pangsa pasar anak muda suka dengan nama yang berbau asing. Mulai film yang berjudul “Eiffel in Love” hingga “I beg you Prada” sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Jadilah “Love and Shock” judul yang mantap dipilih.





Bersambung