Rabu, 24 September 2008

Kiat Menjadi Kaya


He who is not contented with what he has, would not be contented with what he would like to have

-- Socrates (469 BC – 399 BC)




Seperti biasa setiap akhir pekan datang TKI dari Athena yang bekerja di rumah orang Yunani kaya. Saya sebut kaya sebab hanya mereka yang mampu untuk membayar gaji pembantu sebesar 750 Euro hingga 800 Euro per bulan. TKI datang membantu dengan balas jasa 5 Euro per jam membersihkan rumah. Sejak saya kembali dari rumah sakit beberapa bulan lalu terasa agak beda. Saya cepat lelah apalagi mengurus tiga anak dan rumah dua lantai.

Sambil membersihkan Mar berkisah. Bahwa di rumah majikannya tidak akan pernah ditemukan ada uang terselip di bawah kolong tempat tidur atau di bagian lain rumah. Sedangkan di rumah saya dia menemukan banyak logam sen euro. Terlepas majikannya tidak punya anak kecil. Lalu saya tanya padanya,”Mar, majikanmu itu kaya makannya apa?”
“Di rumah majikan kalau masak ya cuma satu macam saja. Kalau spaghetti ya hanya itu saja menunya. Tidak seperti kita ya Bu orang Indonesia senang memasak macem-macem. Majikan saya pelit Bu! Walau rumahnya lima lantai dan luas 3000 meter mirip istana Bu.”

“Lah piyee toh Kamu ini. Orang Yunani lainnya malah lebih banyak jenis hidangannya,” saya menepis pendapatnya tentang orang Indonesia boros kalau punya uang.
“Ya pantes saja majikanmu itu kaya. Sebab dia berhati-hati menggunakan uangnya, tidak boros.”

Contoh perilaku majikan si Mar yang kaya. Bukan kasus pertama saya ketahui. Sejak kecil pun saya sudah mengerti mengapa Pak Tuo lebih aman hidupnya. Walau pun Pak Tuo hanya seorang pedagang dengan toko yang sederhana. Sebab istrinya yang saya panggil dengan sebutan Mak Tuo selalu berhemat dan hati-hati menggunakan uang. Bahkan hingga rendang jamuran berbulan-bulan disimpan di bawah tempat tidurnya. Alasannya agar tamu yang datang tidak meminta rendangnya.

Dalam agama kita dilarang bersifat bakhil atau pelit. Bahkan dalam pergaulan pun orang pelit tidak disenangi. Perbedaannya tipis antara pelit dan hemat.

Pagi ini saya membaca email dari motivator Mike Brescia. Menurutnya ada tiga cara agar menjadi kaya. Pertama, menerima penghasilan besar. Kedua, investasi uang dalam bentuk asset yang berguna. Contohnya Donald Trump yang kaya melalui investasi di bidang real estate dan gedung pencakar langit. Ketiga, tidak menghabiskan uang secara bodoh untuk hal-hal yang tidak berguna.

Kasus yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita adalah cara ketiga. Banyak diantara kita, terutama para ibu-ibu rumah tangga yang boros. Ketika saya masih bujangan dan sudah bekerja di BUMN. Setiap bulan gajian langsung belanja. Entah itu membeli baju atau buku-buku. Namun kebanyakan baju yang saya beli tidak saya pakai. Karena setelah dibeli dan dicoba di rumah merasa tidak suka. Saya tetap memakai baju kesayangan yang itu-itu saja. Akhirnya baju-baju yang dibeli saya berikan ke teman.

Ada lagi teman sekantor seorang ibu dengan dua anak. Setiap dia belanja sering tergiur untuk membeli barang lain yang bukan dalam daftar belanjaan. Akibatnya dia terpaksa memakai kartu kredit dan tagihan datang tiap bulan beserta bunga yang besar.

Sebaliknya ada seorang ibu yang selalu berhati-hati ketika berbelanja. Mertua saya misalnya. Ketika berbelanja dia memilih tempat belanja yang harganya lebih murah. Dengan barang yang sama bisa didapatkan di tempat lain yang lebih murah. Contohnya barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual di supermarket. Ada supermarket A menjual lebih mahal dibanding supermarket B dengan kualitas barang yang sama.

Sehubungan dengan H-7 ummat Islam akan merayakan Idul Fitri. Semoga artikel ini bisa mengingatkan kembali masalah keuangan kita.

Selasa, 16 September 2008

Silence Charity

"Segala sesuatu tergantung niat" Hadist


Tadi malam selepas waktu tarawih. Saya mengikuti perkembangan jatuhnya nilai saham di bursa dunia. Walau seumur hidup belum pernah beli saham. Saya mengikuti terus wawancara dengan mantan Direktur Bank Dunia Alan Greenspan. Dia mengatkan akan ada lagi perusahaan besar bangkrut dan tumbang.

Resesi ekonomi, bencana lama terus melanda Amerika. Bahkan seorang kenalan di internet yang suaminya orang Amerika curhat bahwa dia merasa Allah SWT belum jawab doanya. Sebab perusahaan suaminya bangkrut dan dia khawatir akan nasib masa depan kedua anaknya. Saya hanya bisa memberi saran. Doa akan dijabah jika ibadah kita sudah benar. Dan tetap berbaik sangka pada Allah SWT.

Sebagai manusia yang terus digoda Iblis pada setiap hembusan nafas.. Jelas masalah hati dan hawa nafsu berperan besar dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya dibeberapa tulisan saya terdahulu pernah saya tulis “semua berawal dari niat, nawaitunya”. Kalau niat mau pamer ya jadilah hasilnya pamer saja. Kalau niatnya ikhlas tentu saja rejeki bertambah.

Jika saya boleh berpendapat, ternyata antara resesi dunia dan tewasnya beberapa korban penerima zakat di Pasuruan. Ada hubungannya. Sebab tadi malam ketika saya sedang mendengar hebohnya ekonomi Amerika, ada tulisan dibawah layar tv. 20 orang Indonesia meninggal dunia disaat diberikan langsung sumbangan. Tadinya saya berpikir sumbangan LAPINDO lagi. Ternyata pagi ini saya buka koran online Indonesia. Beritanya tidak seperti dugaan saya.

Resesi melanda dunia, barang kebutuhan pokok naik. Semua barang mahal. Apalagi jelang lebaran. Para penerima zakat yang antri dimanapun. Pernah saya dengar dari ucapan mereka “Yuk buruan antri nanti enggak kebagian”. Nah rasa takut tidak kebagian ini yang mungkin menyebabkan timbulnya banyak korban di Pasuruan. Disamping memang kesalahan keluarga pemberi zakat yang mengundang mereka datang.


Jika saja para pemberi zakat dan orang yang dermawan bisa mengikuti sunnah Rasullah. Hal yang mudharat bisa diatasi. Sesuai dalil dari Hadist Sahih Bukhari Muslim yaitu;
“Ada 7 orang yang nantinya akan diteduhi Allah pada saat tidak ada lafi tempat berteduh (hari qiyamat)
1. Pemimpin atau Imam yang adil,
2. Pemuda/pemudi yang tumbuh beribadah
3. Orang yang hatinya tergantung di masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka bersama dan berpisah dalam cinta tersebut.
5. Lelaki yang digoda wanita cantik kaya tapi dia jawab aku lebih takut Allah
6. Orang yang tangan kanannya menyedekahkan, tapi tangan kirinya tidak tau
7.Seorang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang hening dan sunyi lalu kedua matanya berlinang karena Allah”

Orang yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Sudah sejak zaman kanak-kanak kita semua sering mendengar. Bahkan ujian pun kadang datang untuk mengetest sampai sejauh mana kita bisa mengikuti sunnah Rasullah SAW.

Hal kisah seorang teman bernama Gofo mintan buku untuk disumbangkan. Seorang teman yang bernama Jojo tidak dapat memenuhi permintaan teman tersebut. Sebab dia sudah menyumbangkan buku-buku tanpa gembar-gembor. Namun Gofo merasa Jojo pelit dan dianggap mampu untuk menyumbang. Hingga Gofo menulis di milis perihal Jojo.

Jojo yang sudah biasa dengan kritikan hanya membalas di milis dengan hadist diatas tadi. Ada lagi kisah seorang pengusaha kaya. Beliau bingung dengan semakin maraknya bisnis pengumpul sumbangan dan sedeqah. Hingga para pengumpul sumbangan bisa menjadi kaya sedangkan mereka yang berhak menerima semakin terpuruk.

Juga ada kisah Wan Abud saudagar kulit di Tanah Abang. Yang biasanya tiap tahun memberi zakat. Hingga para fakir miskin antri di depan rumahnya. Namun beberapa tahun belakangan ini sudah tidak nampak antrian lagi. Ada gossip yang menyebutkan Wan Abud bangkrut. Namun sebenarnya Wan Abud tetap memberi zakat langsung kepada para yang berhak. Mungkin dia sudah sadar bahwa memberi sumbangan atau sedeqah tidak perlu pamer dan gembar-gembor. Jika saja Wan Abud masih membuka pengumuman mungkin saja akan banyak korban berjatuhan. Mengingat semakin banyak rakyat yang juga terkena imbas resesi dunia.


Megara, 16 Ramadhan 1429 H

Rabu, 10 September 2008

Mendengar Sambil Membaca Quran

Memang memprihatinkan jika tinggal di negeri yang tidak ada suara adzannya. Alhamdulillah sound card di PC sudah dipasang suami hari ini. Sehingga kembali terdengar suara adzan 5 waktu.

Setelah shalat tarawih, saya panggil Aisyah putri tercinta agar mendengarkan tartil Quran bersama. Google memang sangat membantu, Hanya sekejap saya ditemukan website bagus dan cocok bagi Aisyah yang sedang terbata-bata membaca Al Quran setelah tamat Iqra. Dia sedang membaca di surah al Baqarah. Kami menemukan website dengan terjemahan bahasa Indonesia. Agar dia bisa mengerti banyak bahasa Indonesia sebab buku-buku tentang Islam dia baca berbahasa Yunani.

Alhamdulillah sudah lewat 10 hari Ramadhan. Aisyah sudah kalah 3 hari sebab dia tidak sahur dan mengejar adik-adiknya yang dua orang ketika kami berlibur minggu lalu ke pulau Spetses.

Semoga Aisyah tidak akankalah lagi puasanya hingga menjelang Idul Fitri. Dia k an membuat kue nastar kesukaannya di lebaran tahun ini. Tak terasa usianya sudah lebih 10 tahun dan semoga menjadi anak yang saleha dan selalu membaca Quran setiap hari. amiin.

Kamis, 04 September 2008

RUMI

Jalaluddin Rumi
Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia



Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"
Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."
Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"
Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."
Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"
Aku berkata, "Sampai ada panggilan."
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."
Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."
Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."
Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."
Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia, Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah --kedalaman makna dan keindahan bahasa-- yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum maupun sesudahnya.

œ

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah --sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.

Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, "Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu'tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya."

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. "Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?" tegas Rumi.

œ

PENGARUH TABRIZ. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da'i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing --yakni Syamsi Tabriz-- ikut bertanya, "Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?" Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, "Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya."

Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.

Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.

Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba'iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

œ

WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo'akan, "Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan." Rumi sempat menyahut, "Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit."

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.

œ

Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

"Kepada Nya, kita semua akan kembali

Rabu, 03 September 2008

Tarawih Yuk

Beduk mahgrib di bulan ramadhan tahun ini mendekati jam 20.00. Sebelumnya ada teman di negara Eropa lainnya berpikir Ramadhan tahun ini akan lebih lama puasanya. Bak gaya motivator saya selalu memberi dukungan"Jangan khawatir. Allah SWT tidak akan membiarkan kita puasa lama-lama. Allah tahu kemampuan kita."

Iftar di Yunani sekitar jam 19.52 dan waktu subuh jam 5.24. Alhamdulillah sudah 3 hari puasa semua lancar saja. Aisyah putri saya tidak mengeluh haus seperti tahun lalu. Mungkin karena sekolahnya masih libur, hingga masuk nanti tanggal 15 September.

Bekal dia menjawab pertanyaan teman-teman sekolahnya tentang 'ramazani' sudah lengkap. Aisyah sudah banyak membaca buku-buku tentang Islam gratis kiriman dari Mesir yang berbahasa Yunani. Sebab membaca buku berbahasa Indonesia sering meropotkan saya menjawab pertanyaannya tentang arti kata dan kalimat.


Bagi saya; tarawih adalah kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Saya sudah terbiasa sejak kecil ikut sholat tarawih di mesjid. Pergi ke mesjid dengan guru mengaji sebelah rumah. Kak Unteng namanya. Mesjidnya jauh dan sholatnya 21 rakaat. Kini saya menjalankan tarawih dengan 4-4-3 beserta witir. Pengalaman masa kecil yang selalu saya ingat. Terkadang disela-sela sholat saya berhenti. Usia saya ketika itu sekitar 7-8 tahun. Saya berhenti karena ingin mencicipi jambu air atau makanan lain yang dibawa ke mesjid oleh Kak Unteng.

Tarawih memang selalu ramai diawal Ramadhan. Hari berikutnya mesjid mulai sepi. Memang beda jauh sholat tarawih di rumah dan di mesjid. Di Jakarta ada beberapa tetangga yang mengerjakan sholat tarawih jamaah di rumah. Walau pun ada mesjid dekat rumah mereka. Bagi saya sholat tarawih di mesjid lebih damai. Ada pengalaman spiritual yang tidak bisa didapatkan ketika shiolat di rumah dan di mesjid.

Tarawih hanya bisa dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Menjalankan tarawih manfaatnya puasa terasa lebih mudah dan hati lebih tenang. Bacalah doa-doa dibawah ini;

"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii", "Ya Allah, Engkau Maha
Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku". [Hadits
Riwayat Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850 dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat
syarah Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, hal. 55-57, karya Ibnu Rajab
Al-Hambali.]

a. Termasuk sunnah, bagi orang yang shalat witir sebanyak tiga rakaat untuk
membaca -setelah membaca al Fatihah- Surat al A'laa pada rakaat pertama,
surat al Kafiruun di rakaat kedua, kemudian surat al Ikhlash di rakaat
ketiga. Hal tersebut sesuai dengan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, at Tirmidzi, dan Ibnu Maaja. (HR. Abu Dawurd no. 1424. Dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahiih an Nasai (1/372), dll).

b. Termasuk sunnah, ketika selesai shalat witir mengucapkan:

"Subhaanal malikil qudduus" 3x
(Maha Suci Allah, Raja Yang Maha Suci).
Dan pada ucapan ketiga terdapat lafazh tambahan menurut ad Daraquthni:
"Rasulullah mempertegas bacaan dan memanjangkan suaranya sambil mengucapkan:

"Rabbul malaaikati war ruuh"
(Rabb pada Malaikat dan Jibril). (Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam
Shahiih an Nasaa'i (1/272).

(Khalid al Husainan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah dalam Sehari Semalam,
terj. Zaki Rahmawan, Pustaka Imam Asy Syafi'i, cet. I, Juni 2004, hal.
71-72).