Rabu, 03 September 2008

Tarawih Yuk

Beduk mahgrib di bulan ramadhan tahun ini mendekati jam 20.00. Sebelumnya ada teman di negara Eropa lainnya berpikir Ramadhan tahun ini akan lebih lama puasanya. Bak gaya motivator saya selalu memberi dukungan"Jangan khawatir. Allah SWT tidak akan membiarkan kita puasa lama-lama. Allah tahu kemampuan kita."

Iftar di Yunani sekitar jam 19.52 dan waktu subuh jam 5.24. Alhamdulillah sudah 3 hari puasa semua lancar saja. Aisyah putri saya tidak mengeluh haus seperti tahun lalu. Mungkin karena sekolahnya masih libur, hingga masuk nanti tanggal 15 September.

Bekal dia menjawab pertanyaan teman-teman sekolahnya tentang 'ramazani' sudah lengkap. Aisyah sudah banyak membaca buku-buku tentang Islam gratis kiriman dari Mesir yang berbahasa Yunani. Sebab membaca buku berbahasa Indonesia sering meropotkan saya menjawab pertanyaannya tentang arti kata dan kalimat.


Bagi saya; tarawih adalah kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Saya sudah terbiasa sejak kecil ikut sholat tarawih di mesjid. Pergi ke mesjid dengan guru mengaji sebelah rumah. Kak Unteng namanya. Mesjidnya jauh dan sholatnya 21 rakaat. Kini saya menjalankan tarawih dengan 4-4-3 beserta witir. Pengalaman masa kecil yang selalu saya ingat. Terkadang disela-sela sholat saya berhenti. Usia saya ketika itu sekitar 7-8 tahun. Saya berhenti karena ingin mencicipi jambu air atau makanan lain yang dibawa ke mesjid oleh Kak Unteng.

Tarawih memang selalu ramai diawal Ramadhan. Hari berikutnya mesjid mulai sepi. Memang beda jauh sholat tarawih di rumah dan di mesjid. Di Jakarta ada beberapa tetangga yang mengerjakan sholat tarawih jamaah di rumah. Walau pun ada mesjid dekat rumah mereka. Bagi saya sholat tarawih di mesjid lebih damai. Ada pengalaman spiritual yang tidak bisa didapatkan ketika shiolat di rumah dan di mesjid.

Tarawih hanya bisa dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Menjalankan tarawih manfaatnya puasa terasa lebih mudah dan hati lebih tenang. Bacalah doa-doa dibawah ini;

"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii", "Ya Allah, Engkau Maha
Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku". [Hadits
Riwayat Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850 dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat
syarah Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, hal. 55-57, karya Ibnu Rajab
Al-Hambali.]

a. Termasuk sunnah, bagi orang yang shalat witir sebanyak tiga rakaat untuk
membaca -setelah membaca al Fatihah- Surat al A'laa pada rakaat pertama,
surat al Kafiruun di rakaat kedua, kemudian surat al Ikhlash di rakaat
ketiga. Hal tersebut sesuai dengan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, at Tirmidzi, dan Ibnu Maaja. (HR. Abu Dawurd no. 1424. Dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahiih an Nasai (1/372), dll).

b. Termasuk sunnah, ketika selesai shalat witir mengucapkan:

"Subhaanal malikil qudduus" 3x
(Maha Suci Allah, Raja Yang Maha Suci).
Dan pada ucapan ketiga terdapat lafazh tambahan menurut ad Daraquthni:
"Rasulullah mempertegas bacaan dan memanjangkan suaranya sambil mengucapkan:

"Rabbul malaaikati war ruuh"
(Rabb pada Malaikat dan Jibril). (Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam
Shahiih an Nasaa'i (1/272).

(Khalid al Husainan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah dalam Sehari Semalam,
terj. Zaki Rahmawan, Pustaka Imam Asy Syafi'i, cet. I, Juni 2004, hal.
71-72).

1 komentar:

vladdictive mengatakan...

di Purbalingga dulu, tarawih biasanya 2+2, 2+2, trus 3.. tanpa sholat iftitah dan kultum.. kurang tau kalo sekarang.. hehe.. jarang pulang.. dulu di sela-sela dua rokaat itu juga suka istirahat duduk-duduk.. sebenarnya ga wajar klo liat yg lain tetep lanjut sholat.. tapi stlah dewasa, jadi paham sebenarnya duduk2 pun ga papa.. kan yg penting nanti ditutup witir.. hehe..