Jumat, 19 Desember 2008

Jakarta Selayang Pandang 2008

Jakarta Selayang Pandang



Tidak banyak yang berubah ketika saya kembali menginjakkan kaki di Cengkareng. Bandara Cengkareng pelayanannya masih sama, antrian cek di imigrasi masih panjang dan cukup melelahkan. Sebab hanya tiga loket yang bekerja walau ada enam pintu loket. Dibandingkan dengan Bandar El Benizelos Yunani yang cuma punya empat loket tapi semua loket bekerja.

Jalan macet masih sama, tidak ada jalan yang tidak macet di Jakarta. Perubahannya sedikit saja. Sebab polisi kini tampak rajin mengatur jalan-jalan yang menjadi biang kemacetan. Saya banyak melihat polisi bekerja di beberapa jalan seputar kampus BINUS Rawa Belong, daerah jalan raya Ciledug yang menuju Blok M dan masih banyak jalan lainnya. Polisi yang dahulu suka menyetop pengemudi mobil dan motor di daerah Monas masih Nampak. Namun kini tidak tampak ada kegiatan pemberhetian mobil atau motor. Sebab polisi berdiri di dekat spanduk yang berukuran besar bertuliskan “Pemberi Suap dan Penerima Suap sama-sama akan dihukum”. Mungkin polisi sudah ngeper sama KPK yang berkantor pusat di Kuningan. Atau saya yang memang belum sempat melihat polisi sedang beraksi.

Perbedaan yang menyolok Jakarta tahun lalu dan kini adalah beberapa iklan yang terpampang di jalan raya dan juga sesekali muncul iklannya di televisi. Iklan tentang kota Jakarta sebagai tujuan wisata. Walau iklan ini saya anggap sangat terlambat, namun cukup dibanggakan juga kesadaran bahwa Jakarta memang sangat besar berpotensial sebagai tujuan wisata domestic dan dunia. Sayangnya iklan visit Jakarta kalah banyak durasinya dibanding iklan partai yang muncul sangat kerap di layar kaca. Jika saja iklan visit Jakarta, atau visit Sumatra diberi lebih banyak space iklan pasti akan membawa hasil lebih banyak wisatawan yang datang. Lihat saja India yang acap kali memperkenalkan Kerala dan Mumbai di CNN, atau Malaysia yang memperkenalkan KL.
Saya hanya bisa berharap pemasang iklan partai bisa berbagi space buat spot iklan untuk mempopulerkan Jakarta dan kota lainnya.

Wisatawan Yunani sudah sangat akrab dengan Bali. Saya jamin 100% Bali tidak perlu diiklan lagi. Sebab sering saya dengar pertanyaan calon wisatawan asing yang ingin datang ke Bali dan transit di Jakarta. Sering bertanya mengenai apa yang bisa dilihita di Jakarta. Saya biasanya hanya menjwab melihat musium dan banyak pusat belanja (mal).

Walau banyak sekali mal dan pusat belanja di Jakarta membawa dampak perubahan budaya masyarakat menjadi konsumtif sekali. Misalnya remaja memilih janjian ketemuan di mal dan makan di mal. Padahal ibunya atau si embok PRT sudah masak di rumah. Namun saya melihat jumlah mal yang hampir mencapai 70 tempat di Jakarta, bisa dijual sebagai obyek turis yang suka belanja.

Gejala ini sudah mulai tampak, ketika saya pulang ke Yunani naik Qatar Airways. Tampak beberapa keluarga asal Singapura yang pulang belanja dari Jakarta. Sebab harga tekstil dan pakaian di Jakarta lebih murah dibandingkan dengan negara lain.

Iklan dan ajakan agar berwisata ke Jakarta, belum didukung dengan perbaikan pelayanan untuk turis. Malah saya melihat sekarang sudah tidak ada lagi Andong atau Sado yang biasanya berseliweran di seputar Senayan dan perbatasan dengan Palmerah.

Ojek juga bisa dijadikan salah satu angkutan turis. Bisa saja Pemda mendandani kendaraan Ojek menjadi hebring dan menarik perhatian. Ojek dihias dan tukang ojek diberi pakaian tradisional Betawi. Tarif ditentukan standar sehingga tidak ada turis yang merasa diperas atau dibohongi.

Penataran buat pengemudi Taxi di Jakarta. Agar tidak lagi membawa penumpang nyasar atau pura-pura tidak tahu jalan. Bisa juga dibuat GPS (mesin penunjuk jalan) buatan dalam negeri agar harganya terjangkau dibeli perusahaan taxi.


Bersambung

Kamis, 30 Oktober 2008

Siapa Bilang Promosikan Buku Mahal?

If there's a book you really want to read but it hasn't been written yet, then you must write it. ~Toni Morrison



Memang belum banyak yang mengetahui mengapa saya getol mengadakan acara marak hanya untuk sebuah peluncuran buku. Malah diadakan di gedung mewah (begitu menurut Pak Rosihan Anwar tahun lalu ketika saya adakan acara yang sama di Blizt Café Restoran Jakarta ). Mungkin karena saya terbiasa bekerja di perusahaan yang selalu mengejar target omzet. Gaya marketing ini terbawa ketika saya menjadi penulis buku.





Bersyukurlah saya ketika mulai masuk ke dunia buku dan penulis, banyak kalangan yang membantu dengan sukarela. Bahkan tahun lalu sponsor banyak sekali didapatkan. Promosi cukup heboh dan sukses. Kisah ini sudah pernah saya tulis sebelumnya.



Buku kedua ini berbeda tema dengan buku pertama. Beberapa sumber menyebutkan seorang penulis harus mempunyai ciri khas. Artinya jika dia menulis buku tentang perkawinan maka harus terus menulis buku dengan tema seputar perkawinan. Saya pernah paksakan ingin membuat brandname, bahkan sudah mencapai taraf daftar isi. Saya sudah menulis naskah buku tentang perceraian. Namun naskah ini saya pendam dan tidak pernah saya tawarkan ke penerbit.



Mengapa saya menulis buku dengan tema berbeda? Saya melakukan hal ini, karena tergelitik dengan quote dari Arswendo Atmowiloto. Menurutnya agar mudah menulis dan lancar maka tulislah hal-hal yang paling Anda kuasai. Saya menulis Love and Shock hanya dalam waktu 40 hari saja. Sebab apa yang tertuang dalam buku itu semua pengalaman hidup selama lebih kurang 10 tahun. Buku kedua ini tentang kuliner. Sebab saya hobi masak dan melihat ada celah di pangsa pasar buku Indonesia . Buku-buku kuliner selalu tampil menjadi bestseller di website Gramedia.



Tanpa sadar setelah buku kedua ini saya merasa punya brand-name. Ciri khas saya adalah sebagai penulis buku yang belum pernah ada diterbitkan dalam bahasa Indonesia di Indonesia. Belum ada buku tentang Culture Shock di Indonesia. Juga belum ada buku mengupas kuliner mediterania. Ada naskah Kisah Mini si anak Dua Bangsa yang masih menunggu jawaban LP Publishing house. Naskah yang hampir finishing touch adalah naskah tentang seluk beluk alkohol. Saya juga belum menemukan buku tentang alkohol diterbitkan di Indonesia.





Kembali ke soal promosi buku tahun ini. Ketika buku masih dalam proses editing, saya sudah mulai berpikir dan menganalisa bagaimana agar buku kedua ini sukses seperti tahun lalu. Saya mulai gencar dengan cara mencari EO di milis-milis agar mendapat EO yang handal tapi murah. Namun semua EO ternyata cukup membutuhkan banyak biaya. Bahkan ada yang memberi breakdown biaya hingga angka diatas 50 juta. Saya tidak kaget karena EO adalah company profit oriented. Puluhan EO memberikan penawaran pada saya melalui email.



Endorsemen atau komentar para tokoh tentang isi buku memegang peranan penting untuk promosi buku. Mencari endorser dengan gaya lintang pungkang. Termasuk harus sms-an dan telpon-an dengan Ustadzah Yoyoh beberapa kali. Sebab menu hidangan yang ditulis dalam buku adalah halal dan sehat. Buku bertema kuliner sehat juga harus dapat endorsement dari mereka yang paham mengenai gizi dan kuliner. Melalui milis alumni SMAN 4 Jakarta foundernya Ratna Irma, akhirnya saya dikenalkan dengan pelopor Food Combining. Modal nekad dan ainul yaqin, saya mengirim email ke Andang Gunawan. Sebelumnya saya searching di google tentang beliau. Cukup dibuat takjub dengan kesuksesan buku Food Combining yang tetap masuk dalam kategori bestseller sejak diterbitkan tahun 1999 hingga tahun ini sudah mencapai tahun ke-10.



Salah satu kunci saya dalam melakukan pendekatan pada para tokoh dan selebritis adalah mempelajari latar belakang mereka melalui google search.



Setelah mendapat endorsemen sesuai harapan saya. Langkah selanjutnya menentukan bagaimana membuat acara peluncuran buku nanti. Pernah sempat vacuum diotak saya mengenai promosi buku. Akhirnya datang inspirasi. Mengapa tidak menjadi EO bagi diri sendiri?



Saya bisa menjadi EO berkat pengalaman tahun lalu dari EO Evonica. Venue sama saya pilih. Buku kedua ini tetap akan dilakukan di Blizt. Saya langsung menghubungi manager promosi Blizt;Enrico Fermi dengan email. Langsung tanggal 8 Nopember 2008 dibooking untuk peluncuran buku Hidangan Favorit ala Mediterania. Ternyata harga paket Blizt masih sama dengan harga tahun lalu. Paket termurah Rp50 ribu dan minimum pesan untuk 75 orang. Saya nekad menawar agar diizinkan pesan paket 50 saja. Jadi siapa cepat datang dia dapat makanan. Ditambah ada hidangan hasil demo masak sebanyak dua kali demo.



Kabag promosi Hikmah Mizan Olien yang sedang cuti melahirkan digantikan oleh Sekar Ditta yang masih muda, energik dan sangat kooperatif. Saya lakukan perubahan lokasi tempat peluncuran buku di Jakarta. Tadinya mau mengambil tempat di MP Book Point yang pasti gratis. Saya ganti ke Blizt dengan harapan agar sponsor tertarik. Kapasitas untuk menampung hadirin di Blizt sepuluh kali lipat dari kapasitas jumlah bangku di MP Book Point.



Mencari pembicara juga dengan harap-harap cemas. Maklum lokasi nan jauh dari negeri tercinta. Buku bertema kuliner sehat, haruslah dengan pembicara yang ada hubungannya dengan gizi. Win-win solution berlaku dalam hal peluncuran buku ini. Saya menghubungi kenalan di dunia maya moderator milis IKAZI; Dadi Maskar. Melalui Dadi Maskar saya bisa berbicara langsung dengan Edith Sumedi. Walau pun sempat telpon dari saya tidak diangkat dan saya hanya mendengar ring tones lagu sound track film Ayat-ayat Cinta. Beliau bersedia, hati pun lega. Pembicara untuk konsep talk show biasanya lebih dari satu orang, agar ada keseimbangan. Pilihan jatuh pada pelopor Food Combining Indonesia yang telah memberi endorsemen naskah buku. Cukup dibuat deg-deg juga. Antara iya tau tidak jawaban dari beliau. Maklum Andang Gunawan sudah Top habis dan sudah punya majalah sendiri; majalah Nirmala. Berkat doa dan niat yang baik akhirnya semua yang dicita-citakan tercapai.Kembali saya nekadkan ketika mengirim email ke ahli gizi dan pelopor Food combing; Andang Gunawan, agar jangan mengenakan tarif mahal pada saya. Bahkan saya tawari agar Nirmala menjadi sponsor tanpa harus bayar ke kami. Beliau 100% setuju. Edith Sumedi dan Andang Gunawan menjadi pembicara di acara peluncuran buku Hidangan Favorit ala Mediterania. Wow betapa hati ini gembira.





Tempat sudah dapat dan saya juga memilih Toko Buku Toga Mas untuk kerjasama sebagai lokasi peluncuran di daerah. Berhubung toko buku lainnya seperti Gramedia menginginkan pihak penerbit yang menghubungi mereka. Bagi saya itu too much birokrasi jadi lupakan dulu buat bikin acara di toko buku Gramedia. Toga Mas dengan Arif di Yogya, Andreas di Surabaya dan Diah di Depok saya hubungi melalui telepon. Semua memberi respon sangat baik. Bahkan Toga Mas Surabaya membantu mencarikan tempat lokasi yang lebih besar. Alhamdulillah!



Sponsor yang potensial terus saya dekati. Bak bunga yang harus disiram setiap hari saya melakukan pendekatan terus ke calon sponsor. Ida Arimurti penyiar pujaan sejak zaman saya SMA yang sering ditemani oleh Krishna Murti juga saya kirimi file permohonan sponsoship.Entah berapa banyak orang yang saya kirimi file tersebut. Akhirnya Digibook toko buku online yang menjual e-book bersedia memberi fresh money. Terbayar sudah biaya acara di Blizt. Selanjutnya mencari Mc, moderator dan panitia untuk membantu jalannya acara. Saya kembali memasuki dunia buku ke milis IKAZI dan milis 1001buku mencari volunteer. Saya dapatkan beberapa volunteer. Walau volunteer harus tetap ada uang ganti ongkos transport. Terpikirkan volunteer pun harus dibayar, maka saya hubungi Ries Woodhouse yang selalu senang hati suka rela membantu saya sejak buku pertama hingga buku kedua ini. Kemenakannya yang cantik bersedia menjadi Mc tanpa dibayar se-sen pun.



Setelah ada tempat lokasi, ada tema acara, ada panitia, maka diperlukan alat penunjang promosi seperti backdrop, banner, poster dan undangan. Kembali Sekar Ditta yang masih belia membantu sekuat tenaganya. Design alat promosi harus ditampilkan sebaik dan semenarik mungkin. Dalam jangka waktu 2 hari saja Sekar Ditta sudah mengirim design final alat promosi, dan input koreksi dari saya juga diperhatikan. Alhamdulillah!



Lokasi, tema, panitia, bahan-bahan promosi sudah. Nah bukunya mana? Hmm eh he bukunya sudah selesai dicetak dan harganya dapat ditekan hanya Rp49.500. Dan bagi Anda yang hadir di setiap acara kami akan diberi diskon khusus jika Anda membeli buku Hidangan Favorit ala Mediterania.





Megara , 28 Oktober 2008

Genap satu tahun lalu Sumpah Pemuda dirayakan di Blizt bersama Rosihan Anwar dkk.

Rabu, 15 Oktober 2008

Frankfurt Buchmesse 60 Years

A book is like a garden carried in the pocket. ~Chinese Proverb


Saat ini sedang berlangsung pesta buku di Bali dan di Jerman. Ubud Writer Festival yang diadakan setiap tahun di Bali oleh pelopornya Jeannette De Nefe. Di Jerman berlangsung Frankfurt Buchmesse yang merayakan ulang tahun ke-60 ajang bergengsi pesta buku dunia. Keduanya berlangsung tanggal 15 hingga 19 Oktober 2008.

Festival buku di Frankfurt merupakan pameran buku terbesar dunia. Ajang pertemuan industri buku seluruh dunia. Ajang tempat para penulis yang ingin mempromosikan bukunya dan menjual hak ciptanya. Atau penerbit yang menjual hak cetak buku-buku yang diterbitkannya ke penerbit di luar negaranya. Bahkan juga ajang perkenalan budaya dari negara yang berbeda-beda. Sebab sejak tahun 1988 Frankfurt Buchmesses memperkenalkan guest of honor (tamu kehormatan). Tahun 2008 ini tamu kehormatan dari Turki. Berbagai acara akan ditampilkan oleh rombongan dari Turki.

Juga akan ditemukan banyak buku made in Cina. Artinya banyak buku dari penerbit yang berada di UK dan US bahkan negara Eropa mencetak bukunya di Cina. Sehingga harga buku bisa lebih murah harganya. Saya pernah membandingkan sebuah buku kuliner dijual 50 euro dengan isi hanya beberapa halaman. Sedangkan ada buku berisi banyak foto-foto full color hidangan makanan sebanyak 304 halaman hanya dijual 18 euro saja. Kedua buku tersebut dijual pada toko buku yang sama.

Terlepas dari hebohnya ajang festival buku yang bergengsi tersebut. Beberapa waktu yang lalu saya sempat mendaftar ingin mengadakan peluncuran buku di Ubud Writers Festival. Biaya dikenakan oleh panitia sebesar Rp3 juta untuk penulis Indonesia dan Rp4juta untuk penulis luar negeri. Imbalannya disediakan tempat di arena dan masuk agenda UWF. Ada snack dan minuman anggur (wine) buat para tamu sejumlah 80 orang. Saya sudah mendaftar, tetapi akhirnya saya batalkan ikut UWF.


Hal ini disebabkan pengalaman saya ketika mengadakan peluncuran buku di Bali tahun 2007. Saya mengadakan diskusi di dua tempat. Di Kampus Sastra Unud dan di toko buku Toga Mas yang mempunyai arena luas semacam padepokan disebelah toko itu.

Tahun ini saya memilih mengadakan peluncuran buku di Jakarta dan kota lainnya daripada di Bali. Sebab target saya ingin buku laris dan cepat habis cetakan pertamanya. Sehingga akan dicetak edisi kedua dan selanjutnya oleh penerbit.

Jika saya boleh berpendapat minat baca masyarakat Bali belum sekuat minat baca khalayak di Jakarta. Indikator yang saya gunakan adalah Jakarta tentu saja sebagai ibu kota negara, sangat kompleks.

Hasil sensus 2006 yang tertulis di Jakarta Dalam Angka 2007; kelompok usia 20-24 dan 24-29 adalah sebagai jumlah terbesar bagian dari penduduk Indonesia. Ada lebih 2 juta orang kelompok usia ini. Hal ini berarti mereka yang sedang kuliah dan sudah bekerja termasuk di dalam kategori kelompok usia tersebut. Tentu saja mereka lah yang dapat membeli buku dan mampu mengeluarkan uang untuk beli buku dari kocek sendiri.
Daya beli masyarakat Jakarta tentulah lebih tinggi dibandingkan kota lain. Apalagi Bali. Masyarakatnya lebih mengutamakan membeli perlengkapan ibadahnya berupa bunga-bunga segar dan buah-buahan untuk dibawa ke kuil daripada membeli buku. Jika buku berbahasa Inggris tentu saja akan laku di Bali. Sebab akan dibeli oleh para warga negara asing yang menetap di Bali. Namun jumlahnya sedikit dibanding pangsa pasar di Jakarta.

Tahun 2008 ini saya fokuskan melakukan promosi buku di Jakarta. Semoga buku kedua saya yang bermanfaat bagi kesehatan laris dan dapat dicetak oleh Hikmah Mizan. Agendakan dalam catatan Anda tanggal 8 Nopember 2008 di Blizt Thamrin Jakarta acara peluncuran buku Hidangan Favorit Ala Mediterania.


Megara, 15 Oktober 2008

Jumat, 03 Oktober 2008

Berlebaran Menyusuri Mesjid Peninggalan Sultan Ottoman



If the laws of government are not combined with the principles of wisdom, and the bonds of force not combined with the laws of truth, they will not be fruitful among the mass of the people.
~ Beddiuzzaman Said Nursi 1878-1960, Turkish Islamic Thinker



Jelang Lebaran, Senin 29 September 2008 saya sibuk menelepon beberapa kantor Dubes asing yang berasal dari Timur Tengah dan Africa. Saya ingin kepastian kapan diadakan Sholat Ied berjamaah. Sebab anak-anak harus minta izin libur dari rsekolah jika besok lebaran. Jawaban yang saya terima, "Kami menunggu, tampaknya bulan Syawal muncul nanti malam. Kami tidak bisa memastikan kapan Ied Mubarak," jawab seorang diplomat dari Mesir dan Syria
.

Berbeda dengan negara Timur Tengah. Ketika saya menelpon Kedubes Turki di Athena. Jawaban pasti saya terima, "Besok Selasa bayram Ied Fitr."

Ganbar Mesjid di Athena Peninggalan Ottoman


Saya masih kurang sreg, maklum gaya mantan peneliti masih melekat. Harus terima data valid. Saya kembali menghubungi Mufti atau Imam mesjid di daerah Utara Yunani. Imam dari Komotini saya tanya mengenai kapan jatuhnya 1 Syawal tahun ini. Kembali ditegaskan bahwa besok jam 8.30 pagi akan diadakan Shalat Ied di Komotini, Xanthi dan Turki.

Dari website IOL saya mendapat kabar bahwa masyarakat muslim di Macedonia, Serbia, Slovenia, Kosovo, Bulgaria, Turki dan Libya merayakan Idul Fitri hari Selasa besok.
Sedangkan European Council for Fatwa mengumumkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu.



Senin malam saya mendapat telepon dari istri ketua Islamic Center di Athena. Anna Stamou orang Yunani asli, sebab kakek nenek dan seluruh keluarganya keturunan asli Yunani. Nama keluarga Stamou merupakan nama Yunani yang sangat banyak keturunannya. Sama halnya dengan Papadopulous, yang saya kira hanya ada satu pemilik nama ini. Sebab saya melihat banyak biscuit di Yunani dijual berasal dari pabrik Papadopulous. Sehingga ketika ada seseorang bernama keluarga tersebut, saya kira dia pemilik pabrik biskuitnya. Ternyata nama keluarga dimiliki oleh ribuan orang Yunani dengan nama yang sama.

Anna Stamou jika dilihat selintas mirip orang Arab. Kenyataan jika wanita Yunani memakai kerudung dan berbaju jubah mereka mirip orang Arab. Suaminya Naim Al Ghandour adalah seorang saudagar tekstil dan berasal dari Mesir.

“Tati tie kanis?” terdengar suara Anna diseberang telepon setelah mengucapkan salam.
“Alhamdulillah Anna, ola kala,” jawab saya.
“Tati alhamdulillah avrio Idul Fitr. Kita akan melaksanakan Sholat Ied di bekas pacuan kuda. Di daerah Siggrou, rumah sakit Nasio belok kanan,” demikian penjelasan Anna yang usianya sama dengan suami saya. Anna masih tampak muda di usianya 38 tahun.
Saya biasanya berbahasa Inggris dengannya namun kali ini dia tidak membalas bahasa Inggris saya. Dia tetap berbahasa Yunani.

Mesjid satu-satunya yang ada di Athena merupakan pusat kebudayaan Arab dan Yunani. Mesjid tersebut dibangun dibekas pabrik oleh para pendatang Arab dengan bantuan dana dari Saudi Arabia. Mesjid ini tidak dapat menampung 5000 pendatang dari Timur Tengah dan Asia.

Walau pun sebelumnya pembangunan mesjid direncanakan di daerah Spata yang dekat dengan bandara internasional El Benizelos. Pembangunan mesjid ini ditentang banyak orang Yunani. Sehingga tidak ada izin pembangunannya.

Sedangkan mesjid yang dibangun oleh Sultan Ottoman di tahun 1834. Terletak di jantung kota Athena. Di bawah Acropolis. Mesjid ini pun tidak dizinkan dibuka. Melainkan dialih fungsikan menjadi musium keramik. Bagi setiap turis yang masuk membayar tiket 3 euro.


Setelah Senin malam itu saya mendapat kabar kepastian 1 Syawal 1429 di Yunani. Saya langsung menelpon ke rumah Pak Iwan, staff dari KBRI. Saya sampaikan bahwa Idul Fitri di Yunani jatuh hari Selasa, sesuai keputusan Islamic Center di Athena.

Ada sejumlah 5000 orang imigran muslim di wilayah propinsi Attikis. Biasanya tiap tahun memadati stadion Olimpiade untuk melakukan Shalat Ied. Namun tahun ini lokasi pindah.


Selasa pagi saya jagakan anak-anak diwaktu subuh. Bahkan si bungsu yang berusia 3 tahun dijagakan walau pun terasa berat sebab tidurnya sangat nyenyak. Waktu Subuh di Yunani mulai jam 5.57 hingga 7.23 pagi. Sebab diakhir Oktober dimulainya musim dingin jam akan dimundurkan satu jam.

Berangkat ke Athena kami semua semangat sekali. Anak-anak terlebih semangat sebab mereka senang jika diajak ke Athena yang ramai. Maklum Megara sebuah kota kecil yang sepi. Megara merupakan daerah perkebunan zaitun dan kacang pistachio serta peternakan telur ayam. Saya membeli telur untuk membuat kue lebaran langsung dari peternakannya.Selain harganya lebih murah dan telurnya lebih segar. Dibanding telur yang dijual di Supermarket.

Anak-anak saya sudah tahu jika diajak Sholat Ied mereka senang. Terlebih mereka akan bertemu banyak anak-anak muslim lainnya. Juga ada hadiah lebaran bagi anak-anak yang diberikan oleh perkumpulan orang Arab di Yunani.

Suami saya walau pun orang Yunani asli namun dia tidak tahu lokasi letak pastinya bekas pacuan kuda. Sebab daerah Athena belum cukup dikenalnya. Disebabkan sejak kecil dia dibesarkan di Amerika. Dan ketika lulus sekolah langsung kerja di berbagai negara. Ada kemiripannya dengan orang Minang yang senang merantau.

Akibatnya kami harus banyak bertanya sana sini mengenai lokasi Sholat Ied. Tidak seperti tahun sebelumnya lokasi sholat Ied Adha maupun Sholat Ied Fitr selalu dilaksanakan di stadion Olimpic yang megah. Dengan sewa per jam sekitar 3000 euro. Lokasi bekas pacuan kuda ternyata adalah tempat parkir mobil para pekerja. Banyak gedung perkantoran selain rumah sakit besar di daerah itu. Tempatnya sangat terbuka. Hampir mirip parkiran timur Senayan di Jakarta. Namun pacuan kuda ini terlihat tidak seindah parkiran di Senayan.

Syeikh Muhammad Herzollah asal Palestina yang didatangkan dari Mesir bertindak sebagai imam dan khatib Sholat Ied. Tampak ibu-ibu orang Arab membawa bayi dengan kereta dorong. Banyak juga remaja wanita hadir. Namun selalu setiap tahun jemaah Sholat Ied lebih banyak kaum prianya. Kutbah berbahasa Arab saya kurang paham artinya.

Namun ada keprihatinan kali ini. Setelah selesai sholat dan kutbah bubar. Banyak polisi imigrasi menyetop dan memeriksa paspor dan surat izin tinggal. Para pekerja imigran dari Mesir, Pakistan, Bangladesh yang datang dari luar kota Athena seperti kami. Mereka naik KA atau bus. Warna kulit para imigran yang lebih gelap mudah dikenali oleh polisi. Mereka diperiksa di stasiun KA dan bahkan di jalan-jalan umum.

Kamu muslimin di Yunani juga merayakan Idul Fitri dengan saling bersilaturahmi. Tatap muka selepas Shalat Ied diantar para imigran. Di Yunani dan negara Eropa lainnya hari besar agama Islam tidak ada libur.




Hari ketiga Lebaran, kami sekeluarga wisata ke Nafplio. Nafplio adalah ibu kota pertama Yunani di zaman kuno. Kota ini banyak peninggalan sejarahnya. Sama halnya dengan sejarah panjang Nafplio sejak zaman kuno hingga modern.



Walau pun saya pernah ke Nafplio sebelumnya. Namun baru tahun ini dapat melihat dari dekat mesjid peninggalan Turki. Mesjidnya masih tampak kokoh terletak ditengah lapangan yang disebut Platia Syndagma (lapangan konstitusi). Walau pun disekelilingnya sudah dibangun toko-toko. Bahkan mesjid diubah fungsinya menjadi teater. Melihat kedalam mesjid, sudah hilang kesan bahwa bangunan tersebut tempat Sholat. Interior dalam mesjid diubah. Dibangun banyak ruangan bersekat, seperti kamar-kamar. Bagian depan mesjid yang berupa pilar-pilar ditutup dengan semen.


Sedangkan dibagian belakang mesjid masih dipelihara bekas tempat wudhu. Nampak diatas tempat air mengalir ada doa sebelum berwudhu dalam kaligrafi Islam. Kaligrafi yang dibuat diatas batu marmer alam. Bahkan tempat diatas keran juga ada tulisan Arab seperti tampak pada gambar.





Dua orang turis yang sedang memperhatikan tempat wudhu saya ajak bicara. Saya jelaskan bahwa situs bersejarah ini adalah bagian dari mesjid. Dan kaligrafi diatas keran adalah doa berwudhu. Turis itu mengucapkan “ Happy Ied Mubarak!” Saya kaget dan bertanya apa agamanya. Ternyata kedua turis asal Jerman itu walaupun kulit putih ternyata beragama Islam juga. Kami sempat berbincang sejenak di depan situs mesjid yang sudah alih fungsi tersebut.

Rabu, 24 September 2008

Kiat Menjadi Kaya


He who is not contented with what he has, would not be contented with what he would like to have

-- Socrates (469 BC – 399 BC)




Seperti biasa setiap akhir pekan datang TKI dari Athena yang bekerja di rumah orang Yunani kaya. Saya sebut kaya sebab hanya mereka yang mampu untuk membayar gaji pembantu sebesar 750 Euro hingga 800 Euro per bulan. TKI datang membantu dengan balas jasa 5 Euro per jam membersihkan rumah. Sejak saya kembali dari rumah sakit beberapa bulan lalu terasa agak beda. Saya cepat lelah apalagi mengurus tiga anak dan rumah dua lantai.

Sambil membersihkan Mar berkisah. Bahwa di rumah majikannya tidak akan pernah ditemukan ada uang terselip di bawah kolong tempat tidur atau di bagian lain rumah. Sedangkan di rumah saya dia menemukan banyak logam sen euro. Terlepas majikannya tidak punya anak kecil. Lalu saya tanya padanya,”Mar, majikanmu itu kaya makannya apa?”
“Di rumah majikan kalau masak ya cuma satu macam saja. Kalau spaghetti ya hanya itu saja menunya. Tidak seperti kita ya Bu orang Indonesia senang memasak macem-macem. Majikan saya pelit Bu! Walau rumahnya lima lantai dan luas 3000 meter mirip istana Bu.”

“Lah piyee toh Kamu ini. Orang Yunani lainnya malah lebih banyak jenis hidangannya,” saya menepis pendapatnya tentang orang Indonesia boros kalau punya uang.
“Ya pantes saja majikanmu itu kaya. Sebab dia berhati-hati menggunakan uangnya, tidak boros.”

Contoh perilaku majikan si Mar yang kaya. Bukan kasus pertama saya ketahui. Sejak kecil pun saya sudah mengerti mengapa Pak Tuo lebih aman hidupnya. Walau pun Pak Tuo hanya seorang pedagang dengan toko yang sederhana. Sebab istrinya yang saya panggil dengan sebutan Mak Tuo selalu berhemat dan hati-hati menggunakan uang. Bahkan hingga rendang jamuran berbulan-bulan disimpan di bawah tempat tidurnya. Alasannya agar tamu yang datang tidak meminta rendangnya.

Dalam agama kita dilarang bersifat bakhil atau pelit. Bahkan dalam pergaulan pun orang pelit tidak disenangi. Perbedaannya tipis antara pelit dan hemat.

Pagi ini saya membaca email dari motivator Mike Brescia. Menurutnya ada tiga cara agar menjadi kaya. Pertama, menerima penghasilan besar. Kedua, investasi uang dalam bentuk asset yang berguna. Contohnya Donald Trump yang kaya melalui investasi di bidang real estate dan gedung pencakar langit. Ketiga, tidak menghabiskan uang secara bodoh untuk hal-hal yang tidak berguna.

Kasus yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita adalah cara ketiga. Banyak diantara kita, terutama para ibu-ibu rumah tangga yang boros. Ketika saya masih bujangan dan sudah bekerja di BUMN. Setiap bulan gajian langsung belanja. Entah itu membeli baju atau buku-buku. Namun kebanyakan baju yang saya beli tidak saya pakai. Karena setelah dibeli dan dicoba di rumah merasa tidak suka. Saya tetap memakai baju kesayangan yang itu-itu saja. Akhirnya baju-baju yang dibeli saya berikan ke teman.

Ada lagi teman sekantor seorang ibu dengan dua anak. Setiap dia belanja sering tergiur untuk membeli barang lain yang bukan dalam daftar belanjaan. Akibatnya dia terpaksa memakai kartu kredit dan tagihan datang tiap bulan beserta bunga yang besar.

Sebaliknya ada seorang ibu yang selalu berhati-hati ketika berbelanja. Mertua saya misalnya. Ketika berbelanja dia memilih tempat belanja yang harganya lebih murah. Dengan barang yang sama bisa didapatkan di tempat lain yang lebih murah. Contohnya barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual di supermarket. Ada supermarket A menjual lebih mahal dibanding supermarket B dengan kualitas barang yang sama.

Sehubungan dengan H-7 ummat Islam akan merayakan Idul Fitri. Semoga artikel ini bisa mengingatkan kembali masalah keuangan kita.

Selasa, 16 September 2008

Silence Charity

"Segala sesuatu tergantung niat" Hadist


Tadi malam selepas waktu tarawih. Saya mengikuti perkembangan jatuhnya nilai saham di bursa dunia. Walau seumur hidup belum pernah beli saham. Saya mengikuti terus wawancara dengan mantan Direktur Bank Dunia Alan Greenspan. Dia mengatkan akan ada lagi perusahaan besar bangkrut dan tumbang.

Resesi ekonomi, bencana lama terus melanda Amerika. Bahkan seorang kenalan di internet yang suaminya orang Amerika curhat bahwa dia merasa Allah SWT belum jawab doanya. Sebab perusahaan suaminya bangkrut dan dia khawatir akan nasib masa depan kedua anaknya. Saya hanya bisa memberi saran. Doa akan dijabah jika ibadah kita sudah benar. Dan tetap berbaik sangka pada Allah SWT.

Sebagai manusia yang terus digoda Iblis pada setiap hembusan nafas.. Jelas masalah hati dan hawa nafsu berperan besar dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya dibeberapa tulisan saya terdahulu pernah saya tulis “semua berawal dari niat, nawaitunya”. Kalau niat mau pamer ya jadilah hasilnya pamer saja. Kalau niatnya ikhlas tentu saja rejeki bertambah.

Jika saya boleh berpendapat, ternyata antara resesi dunia dan tewasnya beberapa korban penerima zakat di Pasuruan. Ada hubungannya. Sebab tadi malam ketika saya sedang mendengar hebohnya ekonomi Amerika, ada tulisan dibawah layar tv. 20 orang Indonesia meninggal dunia disaat diberikan langsung sumbangan. Tadinya saya berpikir sumbangan LAPINDO lagi. Ternyata pagi ini saya buka koran online Indonesia. Beritanya tidak seperti dugaan saya.

Resesi melanda dunia, barang kebutuhan pokok naik. Semua barang mahal. Apalagi jelang lebaran. Para penerima zakat yang antri dimanapun. Pernah saya dengar dari ucapan mereka “Yuk buruan antri nanti enggak kebagian”. Nah rasa takut tidak kebagian ini yang mungkin menyebabkan timbulnya banyak korban di Pasuruan. Disamping memang kesalahan keluarga pemberi zakat yang mengundang mereka datang.


Jika saja para pemberi zakat dan orang yang dermawan bisa mengikuti sunnah Rasullah. Hal yang mudharat bisa diatasi. Sesuai dalil dari Hadist Sahih Bukhari Muslim yaitu;
“Ada 7 orang yang nantinya akan diteduhi Allah pada saat tidak ada lafi tempat berteduh (hari qiyamat)
1. Pemimpin atau Imam yang adil,
2. Pemuda/pemudi yang tumbuh beribadah
3. Orang yang hatinya tergantung di masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka bersama dan berpisah dalam cinta tersebut.
5. Lelaki yang digoda wanita cantik kaya tapi dia jawab aku lebih takut Allah
6. Orang yang tangan kanannya menyedekahkan, tapi tangan kirinya tidak tau
7.Seorang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang hening dan sunyi lalu kedua matanya berlinang karena Allah”

Orang yang tangan kanannya memberi tapi tangan kirinya tidak tahu. Sudah sejak zaman kanak-kanak kita semua sering mendengar. Bahkan ujian pun kadang datang untuk mengetest sampai sejauh mana kita bisa mengikuti sunnah Rasullah SAW.

Hal kisah seorang teman bernama Gofo mintan buku untuk disumbangkan. Seorang teman yang bernama Jojo tidak dapat memenuhi permintaan teman tersebut. Sebab dia sudah menyumbangkan buku-buku tanpa gembar-gembor. Namun Gofo merasa Jojo pelit dan dianggap mampu untuk menyumbang. Hingga Gofo menulis di milis perihal Jojo.

Jojo yang sudah biasa dengan kritikan hanya membalas di milis dengan hadist diatas tadi. Ada lagi kisah seorang pengusaha kaya. Beliau bingung dengan semakin maraknya bisnis pengumpul sumbangan dan sedeqah. Hingga para pengumpul sumbangan bisa menjadi kaya sedangkan mereka yang berhak menerima semakin terpuruk.

Juga ada kisah Wan Abud saudagar kulit di Tanah Abang. Yang biasanya tiap tahun memberi zakat. Hingga para fakir miskin antri di depan rumahnya. Namun beberapa tahun belakangan ini sudah tidak nampak antrian lagi. Ada gossip yang menyebutkan Wan Abud bangkrut. Namun sebenarnya Wan Abud tetap memberi zakat langsung kepada para yang berhak. Mungkin dia sudah sadar bahwa memberi sumbangan atau sedeqah tidak perlu pamer dan gembar-gembor. Jika saja Wan Abud masih membuka pengumuman mungkin saja akan banyak korban berjatuhan. Mengingat semakin banyak rakyat yang juga terkena imbas resesi dunia.


Megara, 16 Ramadhan 1429 H

Rabu, 10 September 2008

Mendengar Sambil Membaca Quran

Memang memprihatinkan jika tinggal di negeri yang tidak ada suara adzannya. Alhamdulillah sound card di PC sudah dipasang suami hari ini. Sehingga kembali terdengar suara adzan 5 waktu.

Setelah shalat tarawih, saya panggil Aisyah putri tercinta agar mendengarkan tartil Quran bersama. Google memang sangat membantu, Hanya sekejap saya ditemukan website bagus dan cocok bagi Aisyah yang sedang terbata-bata membaca Al Quran setelah tamat Iqra. Dia sedang membaca di surah al Baqarah. Kami menemukan website dengan terjemahan bahasa Indonesia. Agar dia bisa mengerti banyak bahasa Indonesia sebab buku-buku tentang Islam dia baca berbahasa Yunani.

Alhamdulillah sudah lewat 10 hari Ramadhan. Aisyah sudah kalah 3 hari sebab dia tidak sahur dan mengejar adik-adiknya yang dua orang ketika kami berlibur minggu lalu ke pulau Spetses.

Semoga Aisyah tidak akankalah lagi puasanya hingga menjelang Idul Fitri. Dia k an membuat kue nastar kesukaannya di lebaran tahun ini. Tak terasa usianya sudah lebih 10 tahun dan semoga menjadi anak yang saleha dan selalu membaca Quran setiap hari. amiin.

Kamis, 04 September 2008

RUMI

Jalaluddin Rumi
Penyair dan tokoh sufi terbesar dari Persia



Ia berkata, "Siapa itu berada di pintu?"
Aku berkata, "Hamba sahaya Paduka."
Ia berkata, "Kenapa kau ke mari?"
Aku berkata, "Untuk menyampaikan hormat padamu, Gusti."
Ia berkata, "Berapa lama kau bisa bertahan?"
Aku berkata, "Sampai ada panggilan."
Aku pun menyatakan cinta, aku mengambil sumpah
Bahwa demi cinta aku telah kehilangan kekuasaan.
Ia berkata, "Hakim menuntut saksi kalau ada pernyataan."
Aku berkata, "Air mata adalah saksiku, pucatnya wajahku adalah buktiku."
Ia berkata, "Saksi tidak sah, matamu juling."
Aku berkata, "Karena wibawa keadilanmu mataku terbebas dari dosa."
Syair religius di atas adalah cuplikan dari salah satu puisi karya penyair sufi terbesar dari Persia, Jalaluddin Rumi. Kebesaran Rumi terletak pada kedalaman ilmu dan kemampuan mengungkapkan perasaannya ke dalam bahasa yang indah. Karena kedalaman ilmunya itu, puisi-puisi Rumi juga dikenal mempunyai kedalaman makna. Dua hal itulah --kedalaman makna dan keindahan bahasa-- yang menyebabkan puisi-puisi Rumi sulit tertandingi oleh penyair sufi sebelum maupun sesudahnya.

Ĺ“

Rumi memang bukan sekadar penyair, tetapi ia juga tokoh sufi yang berpengaruh pada zamannya. Rumi adalah guru nomor satu tarekat Maulawiah --sebuah tarekat yang berpusat di Turki dan berkembang di daerah sekitarnya. Tarekat Maulawiah pernah berpengaruh besar dalam lingkungan Istana Turki Utsmani dan kalangan seniman pada sekitar tahun l648.

Sebagai tokoh sufi, Rumi sangat menentang pendewa-dewaan akal dan indera dalam menentukan kebenaran. Pada zamannya, ummat Islam memang sedang dilanda penyakit itu.

Bagi kelompok yang mengagul-agulkan akal, kebenaran baru dianggap benar bila mampu digapai oleh indera dan akal. Segala sesuatu yang tidak dapat diraba oleh indera dan akal, cepat-cepat mereka ingkari dan tidak diakui.

Padahal, menurut Rumi, justru pemikiran semacam itulah yang dapat melemahkan iman kepada sesuatu yang ghaib. Dan karena pengaruh pemikiran seperti itu pula, kepercayaan kepada segala hakekat yang tidak kasat mata, yang diajarkan berbagai syariat dan beragam agama samawi, bisa menjadi goyah.

Rumi mengatakan, "Orientasi kepada indera dalam menetapkan segala hakekat keagamaan adalah gagasan yang dipelopori kelompok Mu'tazilah. Mereka merupakan para budak yang tunduk patuh kepada panca indera. Mereka menyangka dirinya termasuk Ahlussunnah. Padahal, sesungguhnya Ahlussunnah sama sekali tidak terikat kepada indera-indera, dan tidak mau pula memanjakannya."

Bagi Rumi, tidak layak meniadakan sesuatu hanya karena tidak pernah melihatnya dengan mata kepala atau belum pernah meraba dengan indera. Sesungguhnya, batin akan selalu tersembunyi di balik yang lahir, seperti faedah penyembuhan yang terkandung dalam obat. "Padahal, yang lahir itu senantiasa menunjukkan adanya sesuatu yang tersimpan, yang tersembunyi di balik dirinya. Bukankah Anda mengenal obat yang bermanfaat? Bukankah kegunaannya tersembunyi di dalamnya?" tegas Rumi.

Ĺ“

PENGARUH TABRIZ. Fariduddin Attar, seorang tokoh sufi juga, ketika berjumpa dengan Rumi yang baru berusia 5 tahun pernah meramalkan bahwa si kecil itu kelak bakal menjadi tokoh spiritual besar. Sejarah kemudian mencatat, ramalan Fariduddin itu tidak meleset.

Lahir di Balkh, Afghanistan pada 604 H atau 30 September 1207 Rumi menyandang nama lengkap Jalaluddin Muhammad bin Muhammad al-Balkhi al-Qunuwi. Adapun panggilan Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Konya (kini Turki), yang dahulu dikenal sebagai daerah Rum (Roma).

Ayahnya, Bahauddin Walad Muhammad bin Husein, adalah seorang ulama besar bermadzhab Hanafi. Dan karena kharisma dan tingginya penguasaan ilmu agamanya, ia digelari Sulthanul Ulama (raja ulama). Namun rupanya gelar itu menimbulkan rasa iri pada sebagian ulama lain. Dan merekapun melancarkan fitnah dan mengadukan Bahauddin ke penguasa. Celakanya sang penguasa terpengaruh hingga Bahauddin harus meninggalkan Balkh, termasuk keluarganya. Ketika itu Rumi baru beruisa lima tahun.

Sejak itu Bahauddin bersama keluarganya hidup berpindah- pindah dari suatu negara ke negara lain. Mereka pernah tinggal di Sinabur (Iran timur laut). Dari Sinabur pindah ke Baghdad, Makkah, Malattya (Turki), Laranda (Iran tenggara) dan terakhir menetap di Konya, Turki. Raja Konya Alauddin Kaiqubad, mengangkat ayah Rumi sebagai penasihatnya, dan juga mengangkatnya sebagai pimpinan sebuah perguruan agama yang didirikan di ibukota tersebut. Di kota ini pula ayah Rumi wafat ketika Rumi berusia 24 tahun.

Di samping kepada ayahnya, Rumi juga berguru kepada Burhanuddin Muhaqqiq at-Turmudzi, sahabat dan pengganti ayahnya memimpin perguruan. Rumi juga menimba ilmu di Syam (Suriah) atas saran gurunya itu. Ia baru kembali ke Konya pada 634 H, dan ikut mengajar pada perguruan tersebut.

Setelah Burhanuddin wafat, Rumi menggantikannya sebagai guru di Konya. Dengan pengetahuan agamanya yang luas, di samping sebagai guru, ia juga menjadi da'i dan ahli hukum Islam. Ketika itu di Konya banyak tokoh ulama berkumpul. Tak heran jika Konya kemudian menjadi pusat ilmu dan tempat berkumpul para ulama dari berbagai penjuru dunia.

Kesufian dan kepenyairan Rumi dimulai ketika ia sudah berumur cukup tua, 48 tahun. Sebelumnya, Rumi adalah seorang ulama yang memimpin sebuah madrasah yang punya murid banyak, 4.000 orang. Sebagaimana seorang ulama, ia juga memberi fatwa dan tumpuan ummatnya untuk bertanya dan mengadu. Kehidupannya itu berubah seratus delapan puluh derajat ketika ia berjumpa dengan seorang sufi pengelana, Syamsuddin alias Syamsi Tabriz.

Suatu saat, seperti biasanya Rumi mengajar di hadapan khalayak dan banyak yang menanyakan sesuatu kepadanya. Tiba- tiba seorang lelaki asing --yakni Syamsi Tabriz-- ikut bertanya, "Apa yang dimaksud dengan riyadhah dan ilmu?" Mendengar pertanyaan seperti itu Rumi terkesima. Kiranya pertanyaan itu jitu dan tepat pada sasarannya. Ia tidak mampu menjawab. Berikutnya, Rumi berkenalan dengan Tabriz. Setelah bergaul beberapa saat, ia mulai kagum kepada Tabriz yang ternyata seorang sufi. Ia berbincang-bincang dan berdebat tentang berbagai hal dengan Tabriz. Mereka betah tinggal di dalam kamar hingga berhari-hari.

Sultan Salad, putera Rumi, mengomentari perilaku ayahnya itu, "Sesungguhnya, seorang guru besar tiba-tiba menjadi seorang murid kecil. Setiap hari sang guru besar harus menimba ilmu darinya, meski sebenarnya beliau cukup alim dan zuhud. Tetapi itulah kenyataannya. Dalam diri Tabriz, guru besar itu melihat kandungan ilmu yang tiada taranya."

Rumi benar-benar tunduk kepada guru barunya itu. Di matanya, Tabriz benar-benar sempurna. Cuma celakanya, Rumi kemudian lalai dengan tugas mengajarnya. Akibatnya banyak muridnya yang protes. Mereka menuduh orang asing itulah biang keladinya. Karena takut terjadi fitnah dan takut atas keselamatan dirinya, Tabriz lantas secara diam-diam meninggalkan Konya.

Bak remaja ditinggalkan kekasihnya, saking cintanya kepada gurunya itu, kepergian Tabriz itu menjadikan Rumi dirundung duka. Rumi benar-benar berduka. Ia hanya mengurung diri di dalam rumah dan juga tidak bersedia mengajar. Tabriz yang mendengar kabar ini, lantas berkirim surat dan menegur Rumi. Karena merasakan menemukan gurunya kembali, gairah Rumi bangkit kembali. Dan ia mulai mengajar lagi.

Beberapa saat kemudian ia mengutus putranya, Sultan Salad, untuk mencari Tabriz di Damaskus. Lewat putranya tadi, Rumi ingin menyampaikan penyesalan dan permintaan maaf atas tindakan murid-muridnya itu dan menjamin keselamatan gurunya bila berkenan kembali ke Konya.

Demi mengabulkan permintaan Rumi itu, Tabriz kembali ke Konya. Dan mulailah Rumi berasyik-asyik kembali dengan Tabriz. Lambat-laun rupanya para muridnya merasakan diabaikan kembali, dan mereka mulai menampakkan perasaan tidak senang kepada Tabriz. Lagi-lagi sufi pengelana itu, secara diam-diam meninggalkan Rumi, lantaran takut terjadi fitnah. Kendati Rumi ikut mencari hingga ke Damaskus, Tabriz tidak kembali lagi.

Rumi telah menjadi sufi, berkat pergaulannya dengan Tabriz. Kesedihannya berpisah dan kerinduannya untuk berjumpa lagi dengan gurunya itu telah ikut berperan mengembangkan emosinya, sehingga ia menjadi penyair yang sulit ditandingi. Guna mengenang dan menyanjung gurunya itu, ia tulis syair- syair, yang himpunannya kemudian dikenal dengan nama Divan-i Syams-i Tabriz. Ia bukukan pula wejangan-wejangan gurunya, dan buku itu dikenal dengan nama Maqalat-i Syams Tabriz.

Rumi kemudian mendapat sahabat dan sumber inspirasi baru, Syekh Hisamuddin Hasan bin Muhammad. Atas dorongan sahabatnya itu, ia berhasil selama 15 tahun terakhir masa hidupnya menghasilkan himpunan syair yang besar dan mengagumkan yang diberi nama Masnavi-i. Buku ini terdiri dari enam jilid dan berisi 20.700 bait syair. Dalam karyanya ini, terlihat ajaran-ajaran tasawuf yang mendalam, yang disampaikan dalam bentuk apologi, fabel, legenda, anekdot, dan lain-lain. Karya tulisnya yang lain adalah Ruba'iyyat (sajak empat baris dalam jumlah 1600 bait), Fiihi Maa fiihi (dalam bentuk prosa; merupakan himpunan ceramahnya tentang tasawuf), dan Maktubat (himpunan surat-suratnya kepada sahabat atau pengikutnya).

Bersama Syekh Hisamuddin pula, Rumi mengembangkan tarekat Maulawiyah atau Jalaliyah. Tarekat ini di Barat dikenal dengan nama The Whirling Dervishes (Para Darwisy yang Berputar-putar). Nama itu muncul karena para penganut tarekat ini melakukan tarian berputar-putar, yang diiringi oleh gendang dan suling, dalam dzikir mereka untuk mencapai ekstase.

Ĺ“

WAFAT. Semua manusia tentu akan kembali kepada-Nya. Demikianlah yang terjadi pada Rumi. Penduduk Konya tiba-tiba dilanda kecemasan, gara-gara mendengar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Rumi, sakit keras. Meski menderita sakit keras, pikiran Rumi masih menampakkan kejernihannya.

Seorang sahabatnya datang menjenguk dan mendo'akan, "Semoga Allah berkenan memberi ketenangan kepadamu dengan kesembuhan." Rumi sempat menyahut, "Jika engkau beriman dan bersikap manis, kematian itu akan bermakna baik. Tapi kematian ada juga kafir dan pahit."

Pada 5 Jumadil Akhir 672 H dalam usia 68 tahun Rumi dipanggil ke rahmatullah. Tatkala jenazahnya hendak diberangkatkan, penduduk setempat berdesak-desak ingin menyaksikan. Begitulah kepergian seseorang yang dihormati ummatnya.

Ĺ“

Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang.
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku masih harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.

Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih akan menjelma lagi
dalam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;

"Kepada Nya, kita semua akan kembali

Rabu, 03 September 2008

Tarawih Yuk

Beduk mahgrib di bulan ramadhan tahun ini mendekati jam 20.00. Sebelumnya ada teman di negara Eropa lainnya berpikir Ramadhan tahun ini akan lebih lama puasanya. Bak gaya motivator saya selalu memberi dukungan"Jangan khawatir. Allah SWT tidak akan membiarkan kita puasa lama-lama. Allah tahu kemampuan kita."

Iftar di Yunani sekitar jam 19.52 dan waktu subuh jam 5.24. Alhamdulillah sudah 3 hari puasa semua lancar saja. Aisyah putri saya tidak mengeluh haus seperti tahun lalu. Mungkin karena sekolahnya masih libur, hingga masuk nanti tanggal 15 September.

Bekal dia menjawab pertanyaan teman-teman sekolahnya tentang 'ramazani' sudah lengkap. Aisyah sudah banyak membaca buku-buku tentang Islam gratis kiriman dari Mesir yang berbahasa Yunani. Sebab membaca buku berbahasa Indonesia sering meropotkan saya menjawab pertanyaannya tentang arti kata dan kalimat.


Bagi saya; tarawih adalah kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Saya sudah terbiasa sejak kecil ikut sholat tarawih di mesjid. Pergi ke mesjid dengan guru mengaji sebelah rumah. Kak Unteng namanya. Mesjidnya jauh dan sholatnya 21 rakaat. Kini saya menjalankan tarawih dengan 4-4-3 beserta witir. Pengalaman masa kecil yang selalu saya ingat. Terkadang disela-sela sholat saya berhenti. Usia saya ketika itu sekitar 7-8 tahun. Saya berhenti karena ingin mencicipi jambu air atau makanan lain yang dibawa ke mesjid oleh Kak Unteng.

Tarawih memang selalu ramai diawal Ramadhan. Hari berikutnya mesjid mulai sepi. Memang beda jauh sholat tarawih di rumah dan di mesjid. Di Jakarta ada beberapa tetangga yang mengerjakan sholat tarawih jamaah di rumah. Walau pun ada mesjid dekat rumah mereka. Bagi saya sholat tarawih di mesjid lebih damai. Ada pengalaman spiritual yang tidak bisa didapatkan ketika shiolat di rumah dan di mesjid.

Tarawih hanya bisa dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Menjalankan tarawih manfaatnya puasa terasa lebih mudah dan hati lebih tenang. Bacalah doa-doa dibawah ini;

"Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul afwa fa'fu'annii", "Ya Allah, Engkau Maha
Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku". [Hadits
Riwayat Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850 dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat
syarah Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, hal. 55-57, karya Ibnu Rajab
Al-Hambali.]

a. Termasuk sunnah, bagi orang yang shalat witir sebanyak tiga rakaat untuk
membaca -setelah membaca al Fatihah- Surat al A'laa pada rakaat pertama,
surat al Kafiruun di rakaat kedua, kemudian surat al Ikhlash di rakaat
ketiga. Hal tersebut sesuai dengan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud, at Tirmidzi, dan Ibnu Maaja. (HR. Abu Dawurd no. 1424. Dishahihkan
oleh Syaikh Al Albani dalam Shahiih an Nasai (1/372), dll).

b. Termasuk sunnah, ketika selesai shalat witir mengucapkan:

"Subhaanal malikil qudduus" 3x
(Maha Suci Allah, Raja Yang Maha Suci).
Dan pada ucapan ketiga terdapat lafazh tambahan menurut ad Daraquthni:
"Rasulullah mempertegas bacaan dan memanjangkan suaranya sambil mengucapkan:

"Rabbul malaaikati war ruuh"
(Rabb pada Malaikat dan Jibril). (Dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam
Shahiih an Nasaa'i (1/272).

(Khalid al Husainan, Lebih dari 1000 Amalan Sunnah dalam Sehari Semalam,
terj. Zaki Rahmawan, Pustaka Imam Asy Syafi'i, cet. I, Juni 2004, hal.
71-72).

Sabtu, 12 Juli 2008

Lilypad: Kota Mengapung




"Imagination is more than knowledge" Albert E

Saya sangat kesengsem dengan hasil karya Arsitek Belgia ini, sehingga artikel ini saya terjemahkan dari website Vincent Callebaut. Tahun 2000 disaat usianya 23 tahun menerima penghargaan the Great Architecture Prize René Serrure dari Institut Victor Horta in Brussels. Sejak saat itu hingga kini berbagai penghargaan diterimanya di bidang arsitektur.

Vincent merupakan arsitek yang sangat peduli pada lingkungan global. Berbagai design arsitektur selalu menyangkut masalah lingkungan. Tahun 2007 dia membuat lima buah proyek yaitu; Anti-Smog, Innovation Centre in Sustainable Development, Paris, France, Perfumed Jungle, Ecological Master plan for the Central Waterfront, Hong Kong, China, Ecomic Tower, Ecological and Metropolitan Informatic Center, Mexico City, Mexico, Childhood’s Greentower, Crib for the Early Childhood, Paris, France, Neuronal Alien, Landscape design for the Vatnsmyri Airfield, Reykjavik, Iceland.

Lebih kurang sebanyak 35 proyek arsitektur yang dibuatnya, namun satu proyek yang paling menggemparkan tahun 2008 adalah proyek Lilypad Kota Mengapung untuk pengungsi akibat perubahan iklim dunia. Lilypad didesign oleh Vincent sebagai antisipasi untuk tahun 2100 yang digambarkkan bahwa akan banyak sekali jumlah para pengungsi dunia akibat terjadinya pemanasan global. Dia mengemukakan bahwa prinsip Archimedes bahwa cairnya es tidak akan merubah peningkatan permukaan air. Sama halnya dengan mencairnya es di dalam air di gelas. Namun ada dua sumber air raksasa yang tidak berada diatas air yang akan mencair dan langsung menuju ke laut yang menyebabkan naiknyapermukaan air laut. Hal ini berhubungan dengan gunung es di Antartika dan Greenland disisi lain, serta benua es. Hal lain yang menyebabkan naiknya permukaan laut tidak ada sangkut pautnya dengan mencairnya es, tetapi dilatasi air yang terjadi akibat pengaruh suhu udara.

Menurut ramalan GIEC (Intergovernmental group on the evolution of the climate), kenaikan permukaan laut akan mencapai 20 hingga 90 cm selama abad ke-21. Setiap kenaikan suhu 1°C akan mengakibatkan air naik 1 meter. Kenaikan air ini akan mempengaruhi 0.05% di Uruguay, 1% di Mesir, 6% di Belanda, 17.5% di Bangladesh dan lebih dari 80% di daerah atoll Majuro di Marshall dan pulau-pulau Kiribati hingga pulau-pulau di Maldives.

Negara-negara seperti Vietnam, Mesir, Bangladesh, Guyana atau Bahamas akan melihat tempat-tempat tinggal masyarakatnya kebanjiran dan genangan Lumpur air asin dari laut. New York, Bombay, Calcutta, HĂ´ Chi Minh City, Shanghai, Miami, Lagos, Abidjan, Jakarta, Alexandria dan lebih dari 250 juta pengungsi dari negara lain akibat perubahan suhu udara.


Itulah sebabnya Lilypad, sebagai prototipe kota yang dibuat mengapung diatas air dan dapat menampung sebanyak 50.000 penduduk. Dan didalamnya dikembangkan kehidupan flora dan fauna disekitar danau dengan air yang ditampung dari air hujan.


Lilypad kota yang akrab dengan lingkungan dapat mengapung dari dari Monaco di Eropa hingga ke daerah bagian Atol Polenesia.

Desain yang sangat modern dalam antisipasi pengungsi akibat pemanasan global. Inspirasi dari daun lilypad Amazonia Victoria Regia, dari keluarga Nympheas, tanaman air yang ditemukan oleh ahli tanaman Jerman Thaddeaus Haenke.
Lilypad kota lingkungan yang mengapung dengan zero emisi udara. Melalui teknologi energi dari matahari (solar), angin, gelombang laut dan biomass. Bahkan dapat memperoses gas CO2 di adalam atmosfer dan meresap ke kulitnya yang terbuat dari titanium dioxide.

Sumber : vincent.callebaut.org

Jumat, 04 Juli 2008

Bisnis Buku Di Indonesia


The man who does not read good books has no advantage over the man who can't read them. ~Mark Twain, attributed




Jika ada yang mengatakan bisnis buku di Indonesia sedang buram, saya tidak setuju.
Walau pun ada beberapa penerbit buku pelajaran sekolah yang bernasib kelabu. Fakta pasar buku di Indonesia, khususnya masyarakat pecinta buku semakin banyak jumlahnya.

Trend buku di Indonesia masih didominasi oleh larisnya buku-buku agama Islam.Tentu saja hal ini tidak mengherankan. Sebab jumlah mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Buku yang bertema pengembangan diri dan motivasi masih diminati banyak orang. Namun banyaknya buku yang bertema motivasi muncul hanya karena mengikuti trend pasar yang sedang booming, sehingga kualitas isi buku tidak banyak memberi informasi baru.

Di Indonesia ketika buku The Secret laris bak kacang goreng, langsung banyak penulis dan penerbit yang berusaha mengikuti momentum tersebut. Entah ada berapa judul buku yang memakai judul dengan kata rahasia. Berbeda dengan Indonesia, di luar negeri, khususnya penerbit besar di UK seperti Penguin sangat berhati-hati sekali dalam menerbitkan sebuah judul buku.

Mengamati buku non fiksi, di Amerika trend buku motivasi tampaknya mulai mengalami masa jenuh. Kini orang Barat tertarik dengan buku tema spiritual. Buku yang mengetengahkan kisah nyata dan berhubungan dengan masalah kesehatan tetap diminati banyak pembaca. Setelah buku Eat, Love and Pray kisha nyata perjalanan penulisnya ke Italia, India dan Indonesia bestseller di dunia, kini buku berjudul The last Lecturer juga muncul menghebohkan US dan Eropa. Buku kisah nyata seorang guru besar mud ayang terkena kanker, langsung menghiasi rak buku toko dalam sekejap habis.

Sedangkan buku non fiksi, kisah horor, misteri dan science fiction tetap masih teratas diminati sepanjang zaman. Lihat saja buku bestseller di amazon.com di US maupun Jerman(amazon.de)buku tetralogi Stephenie Meyer menduduki tempat teratas sebagai buku bestseller.

Terlepas dari krisis ekonomi global yang melanda dunia. Dunia buku di Indonesia dan di mana saja masih tetap bersinar. Penerbit buku sekolah yang tadinay kelabu kini mulai banting setir kearah buku-buku populer.

Anda sebagai pembaca, pecinta buku, penulis buku atau pun hanya pemerhati. Mari lah kita ramaikan dunia buku di Indonesia dengan berbondong-bondong menghadiri setiap acara Pesta Buku maupun diskusi buku dan jenis acara lainnya yang ada bukunya.


Megara- Yunani,05 Juli 2008

Selasa, 24 Juni 2008

Pesta Mewarnai III di Pesta Buku 2008

PESTA MEWARNAI III


Ikuti lomba mewarnai gambar bertema “STOP PEMANASAN GLOBAL!”
di Pesta Buku Jakarta-IKAPI BOOK FAIR 2008.

Persyaratan peserta:
- Kategori: A usia 4—6 tahun
B usia 7—9 tahun
- Membawa perlengkapan sendiri (crayon set, meja gambar, dll.)
- Membawa bukti fotocopy akte lahir

Tempat: Selasar lantai 2
Istora Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta
Acara: Sabtu, 5 Juli 2008 pukul 10.00—13.00 WIB

Acara diramaikan oleh:
- Dongeng Cerita Rakyat bersama Kak Riyan
- Badut-badut lucu


HADIAH PEMENANG

Kategori A (usia 4 — 6 tahun)
Juara I : uang Rp 1.500.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara II : uang Rp 1.000.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara III: uang Rp 750.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor

Juara Harapan I : uang Rp500.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara Harapan II : uang Rp400.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara Harapan III: uang Rp300.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor

Kategori B (usia 7 — 9 tahun)
Juara I : uang Rp2.000.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara II : uang Rp1.500.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara III: uang Rp1.000.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor

Juara Harapan I : uang Rp800.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara Harapan II : uang Rp600.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor
Juara Harapan III : uang Rp400.000 + Piala + Piagam + Bingkisan Sponsor

Kamis, 19 Juni 2008

Menyambut Pesta Buku 2008; Buku Anak Islam


"If there’s a book you really want to read but it hasn’t been written yet, then you must write it."
~Toni Morrison (Wanita Pemenang Hadiah Nobel 1993 di bidang Literature)




Di tahun 80-an (1980-) saya keranjingan membaca buku karya Enid Blyton. Harga buku saat itu masih terjangkau. Saya mengumpulkan uang jajan dan memilih buku sebagai jajanan. Cukup banyak juga serial karya pengarang wanita Inggris tersebut. Hingga setiap saya membeli buku, anak-anak tetangga sering meminjam. Bahkan untuk anak orang yang mampu, saya sewakan buku-buku itu sebagai modal untuk membeli buku judul terbaru.


Dua puluh delapan tahun lalu belum banyak buku anak-anak yang ditulis oleh penulis Indonesia. Belum ada buku serial Meo yang ditulis oleh Eka Wardhana, belum ada serial akhlak yang ditulis oleh Bambang Trim dan buku-buku komik Islam AA Gymjuga belum muncul ketika itu. Apalagi Ali Muakhir yang sangat produktif menulis tahun 2000-an, dia mungkin masih sebagai pembaca buku saja.

Saya merasa bahagia bahwa kemajuan industri buku di Indonesia cukup meriah. Buku-buku anak-anak terjemahan dari luar negeri yang membanjiri pasar buku Indonesia sudah ada counterpart-nya. Penerbit Mizan bisa mengimbangi lajunya produksi buku komik atau buku anak-anak luar negeri yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia.

Baru saja saya melihat judul-judul buku anak yang diterbitkan oleh Mizan melalui websitenya. Lumayan! Itulah kata yang pantas saya berikan untuk penerbit sekaliber Mizan.

Alasan saya hanya mengatakan lumayan, sebab secara statistik saat ini jumah penduduk Indonesia kurang lebih 200 juta orang beragama Islam. Hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah anak-anak Indonesia kelompok umur usia balita ada 10% dari total jumlah seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan anak-anak usia 5-14 tahun berjumlah 23% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dan kelompok remaja 15-19 tahun ada 10,51% dari total jumlah 201.241.999 orang yang tercacah dan bertempat tinggal tetap.

Jika dihitung rata-rata jumlah anak-anak dan remaja hasil sensus tahun 2000, maka penduduk Indonesia lebih dari 40% adalah anak-anak dan remaja. Tentu saja jumlah judul buku untuk anak produksi dalam negeri belum mencukupi kebutuhan anak-anak negeri kita.

Saya juga mengamati, bahwa kebiasaan pasar buku di Indonesia kurang memberikan penghargaan untuk buku anak. Resensi buku yang ditulis di seluruh media massa di tanah air, hampir semua menampilkan resensi buku untuk dewasa.

Jika saya boleh berpendapat kurangnya penghargaan untuk buku anak-anak merupakan salah satu faktor yang membuat anak-anak lebih senang menonton sinetron daripada membaca buku. Disamping faktor lain, misalnya ada orang tua yang kurang kesadarannyua untuk membelikan anaknya buku daripada mainan.

Industri buku untuk anak-anak Islam masih perlu dipacu laju jalannya. Banyak tema buku yang belum diterbitkan untuk anak-anak dan remaja (teen) yang berkaitan dengan aqidah dan ahklak. Selain itu harga buku untuk anak-anak Islam ini harus diperhatikan. Sebab saya melihat ada buku untuk anak-anak yang dijual dengan harga mahal.

Sebagai konsumen, saya senang membeli buku untuk anak-anak dengan harga yang terjangkau . Patut diacungi jempol harga buku untuk anak-anak Islam dapat dibeli dengan harga dibawah Rp10.000.

Sedangkan tema buku untuk anak Islam, diperlukan lebih banyak judul-judul buku yang berkenaan dengan perilaku, moral dan akhlaq. Sebab buku anak-anak yang berkaitan dengan aqidah lebih banyak di pasaran dari pada buku mengenai pembentukan karakter yang Islami.

Megara, 20 Juni 2008.

Minggu, 15 Juni 2008

Resensi Buku Sang Pemimpi


Judul Tetralogi Laskar Pelangi #2: Sang Pemimpi
No. ISBN 979-3062-92-4
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tanggal terbit: Juli - 2006
Jumlah Halaman : 292
Jenis Cover: Soft Cover
Dimensi(L x P): 130x205mm
Kategori: Petualangan
Harga :Rp40.000
Text:Bahasa Indonesia


Buku yang sangat menginspirasi, sesuai dengan judulnya "Sang Pemimpi", yang menceritakan kisah para perajut mimpi dari tanah Belitong. Semenjak membaca buku pertama Tetralogi Laskar Pelangi, saya langsung jatuh cinta dengan jalinan kisah yang edukatif dan penuh pesan moral ini. Serasa kembali ke masa-masa menimba ilmu di kampung halaman Gunungkidul tercinta. Masa-masa merajut impian, menimba ilmu dan menggantung harapan dan cita-cita masa depan.

Tampak komikal pada awalnya, selayaknya kenakalan remaja biasa, tapi kemudian tanpa Anda sadari, kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai Anda. Karena potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan Anda pada rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis yang meresonansi. Karena arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah dua orang tokoh utama buku ini: Arai dan Ikal akan menuntun Anda dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar Anda dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar Anda menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan Anda sendiri.


Ada satu kutipan kalimat Arai kepada Ikal yang sangat kuingat, "..mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!"

Kutipan ini sungguh dahsyat, mampu menisbikan segala kekurangan, kelemahan, dan keraguan yang secara naluriah menghinggapi anak manusia yang meretas cita-cita. Sangat inspiratif terutama bagi kalangan generasi muda, pelajar dan mahasiswa yang tengah di persimpangan jalan menggapai harapan dan masa depan. Dengan segala kekurangannya, Ikal dan Arai mampu menjaga keteguhan dan senantiasa pantang menyerah dalam perjalanannya. Perjalanan menuju sumur ilmu impian di Universitas de Paris Sorbonne.

Jalinan kisah yang dibangun secara apik oleh sang penulis serasa membius kita untuk mengenal tanah Belitong, kehidupan anak melayu pulau yang memaknai kesengsaraan dalam kehidupan dengan keteguhan bekerja dan merajut impian. Tak lupa sang penulis juga memberikan bumbu-bumbu asmara yang cukup menghibur dan terkadang menggelikan serta dibalut aura keteguhan dalam sosok Arai yang pantang menyerah. Sementara kegelian lain dihadirkan pula dalam sosok Jimbron yang lemah, lugu, unik namun setia kawan.

Tokoh sentral dalam cerita ini, si Ikal, menyajikan karakter yang manusiawi, yang berusaha untuk survive dan bangkit di tengah keterpurukannya, yang belajar dari segala sesuatu di sekelilingnya, dan yang tak segan memberikan pencerahan kepada sahabat-sahabatnya. Sungguh banyak pelajaran positif yang bisa kita ambil dari buku ini. Apabila saya masih berusia belasan tahun dan sedang di bangku sekolah, niscaya buku ini akan memberikan kekuatan ekstra yang membangkitkan potensi terdalam guna meraih kesuksesan.

Salut kepada sang penulis yang telah menghadirkan buku-buku yang penuh jalinan kisah bermanfaat, inspiratif dan membangkitkan ini. Terutama buku Sang Pemimpi yang mungkin telah menjadi ladang inspirasi bagi ribuan pelajar dalam meretas harapan dan cita-citanya. Saya sangat menyarankan bagi siapapun yang sedang haus akan inspirasi untuk sukses, motivasi untuk maju serta kekuatan untuk bangkit, agar membaca buku dengan lembaran yang tipis namun tebal akan inspirasi ini, Sang Pemimpi.

Resensi Novel De Winst


Judul Buku: De Winst: Sebuah Novel Pembangkit Idealisme
Penulis: Afifah Afra
Penerbit: Afra Publishing, Indiva Media Kreasi
Waktu Terbit: Januari 2008
Halaman: 336; 20,5 cm
Harga:

SEMACAM apakah tatanan dunia tujuh puluh tahun yang akan datang, saat terjadi
pergantian milenium? Apakah peradaban akan disetir oleh kalangan yang paling
kuat secara ekonomi? Yang jelas, kehidupan saat ini hingga pada masa yang akan
datang telah disketsa oleh para pemuja De Winst.

Renungan Sekar Pembayun itu dengan galau menutup 22 bab plus epilog novel
sejarah karya Afifah Afra ini. Setahun sebelum cerita dipungkas oleh Sekar di
pengasingan, kisah bermula dengan kedatangan Rangga Puruhita dari pendidikan
sarjana ekonomi di Leiden, Belanda.

Pulang menyandang yudisium tertinggi, kecendekiaan Rangga langsung digedor oleh
ketertindasan kaum pribumi. Masuk sebagai bagian elite dalam sistem ekonomi
kapitalisme pabrik gula, tak cukup membuat perbaikan menjadi nyata. Perjuangan
dari dalam terlalu mempermainkan kesadaran akal sehatnya. Hingga di puncak
pembelaan terhadap warga yang menuntut keadilan harga sewa tanah, Rangga justru
mendapat putusan pecat. Pertemuan dengan Eyang Haji dan usahawan muslim turut
menguatkannya untuk memilih jalan lain yang lebih leluasa dan berdampak nyata:
perlawanan dengan pemberdayaan.

Pematangan kesadarannya itu, sedikit banyak dipengaruhi oleh interaksi dengan
Kresna (misterius), Pratiwi, Sekar, dan Jatmika yang lebih dulu terlibat dalam
perjuangan Partai Rakyat. Salah satu sulut buat Rangga juga ialah kehadiran
sosok antagonis, Jan Thijsse yang menjadi kepala pabrik gula baru dengan
kapitalisme destruktif dan mental penjajah tulen. Belum lagi fakta bahwa Thijsse
ternyata suami Kareen, sosok wanita Belanda yang pernah menarik hati Rangga
ketika sekapal dalam perjalanan pergi-pulang Indonesia-Belanda. Ditambah dengan
kisah tradisi keraton yang menjerat Rangga dan Sekar, maka seiring itu pula
kisah cinta merambatkan julur dan membelit-belit jalan cerita.

Tanpa bertopeng kata, novel ini jelas menghadirkan tiga ideologi sekaligus:
Islam, kapitalisme, dan sosialisme-marxisme (bukan komunisme). Memang inilah
ideologi yang menyemangati panggung sejarah Indonesia jelang kemerdekaan-
-kecuali kapitalisme (dan imperialisme) sebagai musuh bersama. Soekarno dalam
Suluh Indonesia Muda (1926) menyebutnya (plus nasionalisme) sebagai tiga sifat
bagi "njawa pergerakan rakjat" di Indonesia dengan maksud sama: Indonesia
merdeka (Soeripto, 1962).

Sayangnya, novel yang telanjur eksploratif dan mencerahkan ini belum
habis-habisan dalam menguak keempat isme itu. Penyebutan nama terkait ideolog(i)
besar dunia pun masih terkesan cuma selayang pandang. Kecuali memang,
kapitalisme jelas jadi bulan-bulanan. Ini pun seperti tanpa "pembelaan" memadai,
karena ideologi mendunia itu dipersonifikasikan secara berlebih kepada moralitas
seburuk Jan Thijsse.

Kapitalisme sendiri terlembaga dalam pabrik gula. Secara ekonomi, industri ini
memang memberi kemakmuran luar biasa kepada Belanda. Hanya, harapan untuk
menemukan kiprah terorganisasiperger akan muslim dalam novel karya peraih FLP
Award 2002 ini, justru masih belum cukup terpuaskan. Padahal dengan latar pabrik
gula, pembaca seakan digoda dengan ingatan sejarah perlawanan pesantren di
nusantara yang sepertinya belum banyak mengemuka. Kawasan pakauman yang biasanya
berdiri "menantang" di dekat pabrik gula dapat menjadi indikasi awalnya.

Secara keseluruhan layak diakui, De Winst relatif mampu menyegarkan beragam hal
secara reflektif utamanya seputar visi kemajuan, misi kemandirian, intensi
keadilan, dan obsesi kesejahteraan berkerangka keindonesiaan dan tantangan
globalisme. Kesemuanya benar-benar dalam atmosfer idealisme, dan sesuai dengan
kadarnya, juga romantisme.

Kalau Deddy Mizwar sempat risau, sebab belum ada lagi film baru bertema
kebangsaan di momen 100 tahun kebangkitan nasional seperti sekarang (sehingga
menayang ulang Nagabonar), maka dari dunia novel, karya penulis FLP ini seolah
turut menjawab kerisauan itu--dan mungkin kerinduan kita semua. (Zaki
Fathurohman, mahasiswa Institut Pertanian Bogor)***

Catatan tambahan resensi Hartati Nurwijaya;
Karena saya belum membeli buku ini disebabkan kendala lokasi di luar Indonesia. Namun saya mencoba memberikan sedikit resensi bagi kafer Dew Winst. Sangat disayangkan jika isi buku Dew Winst yang sangat menarik, tidak diimbangi oleh design kafer yang bagus. Warna kafer buku ini sangat gelap dan dari gambar yang ditampilkan tidak menunjukkan bawah ini novel sejarah yang berbau politik. Dari kafernya tampak lebih seperti novel percintaan yang buram dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan isinya.

Sumber:
http://newspaper. pikiran-rakyat. co.id/prprint. php?mib=beritade tail&
id=17362

Resensi Buku La Tahzan for Broken Hearted Muslimah


Judul: La Tahzan for Broken Hearted Muslimah
Penulis: Asma Nadia dkk
Penerbit: Lingkar Pena Publishing House
Tebal: 214 halaman
Cetakan: I, April 2008

Harga: Rp 38.000,00


Sebelumnya, Lingkar Pena Publishing House (LPPH) pernah menerbitkan
buku-buku seputar pengalaman berurai air mata karena cinta. Sebut saja
Galz Please Don't Cry, Bidadariku Bukan Untukku, dan Jatuh Bangun
Cintaku. Kisah-kisah nyata dalam La Tahzan for Broken Hearted Muslimah
ini serupa tapi tak sama dengan JBC, bedanya JBC diperuntukkan pembaca
remaja dan lebih kental nuansa keremajaannya.

Setelah membaca seluruh isi buku, berikut beberapa esai yang
meninggalkan kesan amat spesial bagi saya:

1. My Stupid Love at First Sight (Dewi Rieka). Lagi-lagi Dedew
menunjukkan kemahirannya berkocak-ria. Setting di Palembang yang
membuatnya lain dari kisah-kisah cinta remaja pada umumnya kian
melengkapi keelokan tulisan ini. Seraya menuai hikmah, saya
tergelak-gelak dari awal sampai akhir. Dedew mengajak kita
menertawakan diri sendiri dengan segala keluguan dan kenekadannya.
Salah satu istilah yang menempel dalam benak saya adalah sebutan Dewi
Meranggas. Di sini Dedew bertutur lebih lancar dibandingkan esai
satunya, Jatuh Cinta Berjuta Rasanya.

2. Erlang (Intan Arifin). Semenjak menyimak behind the scene-nya
menurut Mbak Intan sendiri di milis pembacaanadia, saya sudah
terdorong untuk membaca esai ini lebih dulu. Tepatlah jika pengalaman
Mbak Intan diletakkan paling muka. Saya trenyuh, terhanyut dalam
keelokan pemaparannya, keterbukaannya yang lembut, sehingga halaman
demi halaman ternikmati tanpa merasa letih karena panjangnya cerita.

3. Cintaku Putus Nyambung (Dyotami). Saya menyukai tulisannya yang
senantiasa segar seperti yang dituangkan Dyo dalam The Real Dezperate
Housewives dahulu. Ada semangat dalam kisah ini. Salah satu yang
menjadikan buku La Tahzan for Broken Hearted cocok dikonsumsi wanita
dewasa maupun remaja.

4. Keping-keping Puzzle (Novi Khansa'). Nopi bukan hanya sukses
menjiwai struktur tulisan khas buku-buku Mbak Asma, tetapi bercerita
dengan lirih tanpa merintih-rintih. Ibarat tangisan, airmata yang
tumpah tak sampai membanjiri lantai. Pemaparan kesedihan yang
proporsional dan relevan dengan judulnya. Membuat saya membayangkan
cinta yang berserakan (karena pecah).

Selebihnya, para kontributor mengisahkan kegagalan masing-masing.
Pengalaman teman yang gagal taaruf berkali-kali, terjebak cinta pada
lelaki beristri, bertepuk sebelah tangan, atau dibiarkan terkatung
tanpa keputusan jelas. Semua mengandung pelajaran betapa cinta kadang
mampu membutakan akal sehat dan ditutup dengan uraian Mbak Asma
berikut hadits-hadits yang sesuai.

Kekurangan buku berkaver indah ini adalah banyaknya salah cetak. Di
flap sampul depan sudah tampak nama Dedew menjadi
Dewi Rieke. Pada profil penulis, misalnya, judul-judul karya tidak
dimiringkan. Huruf besar-kecil pun kerap terlewat. Namun yang paling
mengganggu adalah akhir tulisan Dian Ibung yang tampak belum
selesai karena kalimat menggantung 'Betapa Indahnya Ramadhan ketika
aku menyiapkan sahur untuk suami dan anak-anak..'(halaman 27).

Secara keseluruhan, La Tahzan for Broken Hearted Muslimah menawarkan
aneka rasa dalam kegagalan cinta dan memperoleh teman hidup idaman.
Merangkum duka, membuat merinding, menggeleng-geleng dan
mengangguk-angguk pada saat berdekatan. Sebuah buku yang patut dibaca
berulang-ulang.

--
Sumber Rini Nurul Badariah
http://rinurbad.multiply.com
http://sinarbulan.multiply.com

Resensi Buku Sang Pembelajar Yang Tak Henti Belajar


Judul buku: Sang Pembelajar Yang Tak Henti Belajar
Oleh : Andrie Wongso
Penerbit : AW Publishing
Cetakan I : Desember 2007
Ukuran : 13 X 18.5 cm
Halaman : 226 halaman
ISBN : 978-979-99744-2-6
Harga : Rp 40.000

Sejarah sebenarnya adalah torehan kisah yang bisa jadi sarana pembelajaran bagi semua. Karena itu, siapapun penuturnya, asal disampaikan dengan jujur dan apa adanya, pastilah mengandung banyak hal yang bisa dipelajari dan dimaknai.

Namun, tentu, sejarah akan jadi lebih kaya jika dituturkan oleh seseorang yang mengalaminya sendiri. Karena itu, banyak tokoh yang kemudian menyusun puzzle kehidupannya dengan menulis otobiografi. Ini sah-sah saja. Tetapi, jika biografi itu ditulis oleh orang lain, tentu akan jauh lebih kaya dan sarat makna. Sebab, justru dari kacamata orang lainlah, sosok seseorang bisa dikenal seutuhnya. Ibarat saat ingin melihat diri sendiri, kita pasti butuh bantuan cermin.

Fungsi cermin inilah yang diposisikan sangat tepat oleh sang penulis buku Andrie Wongso; Sang Pembelajar. Sebagai seorang isteri dari motivator nomor satu Indonesia, Lenny Wongso mampu menulis buku ini dengan sangat cerdas. Ia mengulik sisi kehidupan Andrie yang tak pernah terungkap sebelumnya dengan rangkaian cerita yang sangat inspiratif.

Meski berada sangat dekat dengan figur yang ditulisnya, Lenny Wongso tetap mampu menjaga orisinalitas tulisannya sehingga tak terjebak pada idiom buku motivasi. Bahkan, buku ini justru bisa hadir menjadi semacam kumpulan cerita bersambung yang sangat menarik dibaca oleh siapa saja.

Bagaimana kisah awal perjumpaan Andrie dan Lenny yang sangat unik, lucu, dan segar, membuat buku ini mampu membuka berbagai sisi menarik dari seorang Andrie Wongso. Betapa perjuangan cintanya yang sempat ditentang mertua (orang tua Lenny), ternyata justru menumbuhkan semangat juang demi hidup yang membara. Niat membuktikan menjadi yang terbaik, demi sebuah cinta dan harapan, membuat Andrie tumbuh dengan karakter kuat dan semangat yang tak pernah padam.

Hal itu juga yang terlihat dari kisah masa kecilnya yang mungkin terasa sangat pahit. Saking miskinnya, hanya dengan mencium aroma masakan sebuah restoran, Andrie kecil sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa. Gemblengan hidup keras dan tekad mengubah nasib inilah yang mampu diungkap Lenny dengan kisah yang bukan hanya menyentuh, tapi sangat memotivasi siapa saja pembacanya.

Berbagai pertanyaan tentang sosok Andrie Wongso terjawab tuntas dalam buku ini. Bagaimana ia yang hanya SDTT mampu menyunting gadis keluarga berada yang lulusan sarjana hukum menjadi jelas dalam buku ini. Bagaimana pula kiatnya dalam menjalankan perusahaannya, Harvest dan berbagai usaha lain juga diungkap dengan lebih dalam.

Dari berbagai kisah itulah, kita bisa memetik banyak pelajaran penting dari sepotong sejarah milik seorang Andrie Wongso. Jika judul buku menyebut Andrie Wongso sebagai "Sang Pembelajar", memang itulah dirinya apa adanya. Melalui penderitaan hidup, ia mampu meraih semua impian sehingga dapat meraih keindahan dan nilai terbaik kehidupannya. Tak salah jika kemudian ia mendapat julukan motivator nomor satu Indonesia. Sebab, semua motivasinya muncul dari pengalaman pribadi sehingga ruhnya mampu menusuk hingga ke relung hati setiap pendengarnya.

Buku ini juga menjelaskan bahwa filosofinya "Success is My Right" memang benar-benar murni dari hal yang dialaminya. Selain itu, kesediaannya berbagi semangat dan motivasi, juga menjadi bukti bahwa Andrie Wongso memang layak untuk mendapat satu predikat lagi: Sang Pembelajar Sejati.

Karena itu, membaca buku ini tak lagi hanya membaca semacam pelajaran sejarah, namun membaca kisah pembelajaran hidup senyatanya. Bahwa hidup butuh diperjuangkan, bahwa sukses adalah hak setiap orang, bahwa manusia selayaknya tak boleh berhenti belajar, sebagaimana semangat seorang Andrie Wongso yang terus menyala dalam setiap langkahnya memotivasi bangsa.

Sumber; www.andriewongso.com

Resensi Buku Perkawinan Antarbangsa Love and Shock


Judul : Perkawinan Antar Bangsa, Love and Shock!
Penulis : Hartati Nurwijaya
Penerbit: Restu Agung
Cetakan : I / 2007
Tebal : 211 hlm
Harga : Rp50.000



Menikah dengan orang asing masih dipandang sebagai hal yang negatif oleh sebagian besar anggota masyarakat Indonesia. Belum ada informasi yang cukup membahas masalah dalam perkawinan antarbangsa mendorong penulis untuk menulis buku ini. Seperti pernikahan pada umumnya, perempuan Indonesia yang menikah dengan WNA pun menemui beberapa masalah dan konflik dalam kehidupan perkawinannya. Apalagi dengan adanya perbedaan kebudayaan yang melatarbelakangi kehidupan sehari-hari. Melalui buku ini pula, penulis berusaha membagi cerita mengenai suka dan duka kehidupan pernikahan dari enam perempuan Indonesia pelaku perkawinan campur (mixed marriage) yang memiliki latar belakang pendidikan dan karir yang memadai.

Di bab pertama, penulis membahas mengenai definisi, kelebihan serta kekurangan dari perkawinan campur. Selain itu, bab ini juga membahas tentang beberapa faktor yang perlu diperhatikan sebelum menikah dengan WNA dan juga beberapa tips untuk mendapatkan lelaki WNA yang sesuai dengan kondisi dan keinginan. Sub bab yang juga penting adalah mengenai ragam permasalahan umum yang sering dihadapi para perempuan pelaku perkawinan campur. Salah satunya adalah topik yang berhubungan dengan sistem perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait imigrasi dan status anak hasil perkawinan campur.

Di dalam bab kedua, pembahasan lebih difokuskan kepada kejutan budaya yang dihadapi oleh para pelaku perkawinan campur. Di sini, penulis menggunakan beberapa teori dari sisi ilmu antropologi dan sosiologi. Di sub bab bagian akhir dibahas pula mengenai cara mengatasi kejutan budaya.

Kisah nyata mengenai hidup di negara beda budaya, sikap resistensi para wanita Indonesia di negeri asal suami, dan perubahan peran dari wanita bekerja di kantoran menjadi ibu rumah tangga. Bagaimana mengatasi kejutan budaya dan hal–hal baru yang ditemukan ketika pertama kali datang dan menetap di negara suami , serta bertemu dengan orang tua dan keluarga suami.


Berbagai ragam pengalaman para pelaku perkawinan campur yang tinggal di luar negeri dapat dibaca dalam bab ketiga. Kisah mereka lebih terfokus pada kondisi Eropa karena mereka semua menikah dengan pria dari benua Eropa, yaitu Yunani, Italia, Swedia, Rusia, Belanda dan Swiss. Setiap kisah memiliki permasalahan tersendiri dan cara yang beragam dalam penanganannya.

Disayangkan lay-out buku belum tertata baik. Ada gambar yang ditampilkan buram, salah letaknya dan tidak sesuai keterangan gambarnya. Jenis huruf (font) buku yang dipilih tidak sesuai dengan jenis buku ini.

Buku ini dapat menjadi dua buku yang terpisah, sebab isi bab ke-4 memberi informasi lengkap mengenai enam negara asal para suami wanita yang menulis di buku ini. Secara umum buku ini sangat bermanfaat sebagai informasi tambahan bagi perempuan Indonesia sebelum melangkah ke jenjang pernikahan dengan WNA dan hidup di negara lain, khususnya keenam negara di Eropa tersebut di atas. Namun, buku ini juga berguna untuk membuka wawasan masyarakat umum bahwa pernikahan dengan WNA tidak semudah yang dibayangkan.

Minggu, 01 Juni 2008

Cara Unik Meluncurkan Buku

Cara Unik Meluncurkan Buku

“Human beings, who are almost unique in having the ability to learn from the experience of others, are also remarkable for their apparent disinclination to do so.”

~ Douglas Adams (Penulis Komik, 1952-2001)


Dari kejauhan dilaut lepas tampak seorang gadis pirang langsing berpakaian gaya cat woman warna merah terang berdiri tegak diatas jet ski sambil membawa tas transparan ala spionase (tas yang biasa para bandit gunakan menyimpan uang). Jet ski cepat itu mirip sekali yang biasa digunakan James Bond dalam adegan di film-filmnya.

Seketika jet ski mendekat ke kapal perang Royal Navy dan si gadis pirang naik ke atas dek kapal sambil menyerahkan tas kepada Sebastian Faulks. Isi tas dibuka dan muncullah buku seri terbaru James Bond yang dikeluarkan dalam 21 bahasa pada tanggal 28 Mei 2008 lalu.

Sebastian Faulks adalah penulis yang dipilih oleh ahli waris Ian Flemming untuk menulis seri terbaru lanjutan petualangan agen 007. “Devil May Care” ditulisnya dalam waktu 6 minggu dan sejak dikeluarkan kamis lalu buku ini sudah masuk daftar best seller di amazon.com British.

Di lain tempat, sore ini saya dikejutkan oleh berita di Star TV saluran televisi nasional Yunani. Berita sore jam 20.00 ( sore sebab musim panas matahari terbenam sekitar jam 21.00) memperlihatkan helicopter yang membawa Tung Dusem mengeluarkan uang kertas dari sebuah tas hitam. Ratusan orang berlari di lapangan sepak bola untuk menyambut uang yang berterbangan. Dikatakan oleh penyiar Star tv bahwa Tung Dusem adalah seorang penulis yang sedang meluncurkan bukunya terbaru. Dan impian Tung Dusem untuk membagikan uang kepada rakyat Indonesia dengan cara tersebut. Namun sayang oleh penyiar disebutkan lokasinya di Jakarta, padahal tepatnya di Serang.

Terlepas dari ide unik penerbit buku novel James Bond, Harry Potter atau pun Tung Dusem untuk memperkenalkan buku keluaran terbaru pada masyarakat. Acara launching buku merupakan saat penting yang merupakan salah satu kunci sukses lakunya buku di pasaran.

Sudah pasti saat diadakan launching buku dan media menyebar luaskannya, maka masyarakat mendapat informasi terbitnya buku tersebut. Ide- ide unik dalam meluncurkan buku ke pasar tentu saja akan mendapat kesan tersendiri dan menimbulkan curiosity (keingintahuan yang tinggi). Penasaran melihat keunikan launching bukunya, besar kemungkinan akan menarik masyarakat untuk membeli segera bukunya.
Di lain pihak, banyak penulis yang tidak mampu mengeluarkan biaya untuk mengadakan acara peluncuran buku. Akibat tidak ada dukungan biaya promosi dari penerbit atau pun penulisnya sendiri hidup kembang kempis.

Beberapa waktu lampau saya pernah ditawari beberapa potong kue coklat di toko buku di Athena. Sebelumnya saya berpikir, “kok tumben nih toko buku baik hati menyediakan kue?” Biasanya hanya air dan kopi yang selalu tersedia gratis. Setelah saya amati, ternyata disamping piring kue yang disajikan ada sebuah buku resep kue yang baru saja terbit. Jadi kue yang disajikan di toko adalah asli buatan penulisnya dan merupakan caranya meluncurkan buku.

Steven Blood seorang penulis naskah buku anak-anak, melelang naskahnya berikut hak ciptanya melalui e-bay di internet untuk mencari penerbit yang terbaik. Ada juga beberapa penulis atas izin dari penerbit melakukan promosi dengan cara memberi akses gratis beberapa halaman isi buku bahkan ada yang satu bab untuk didownload.

Di Indonesia sendiri saya melihat penerbit besar selalu memberi dukungan promosi dengan cara launching buku di mall dan resensi di media massa. Sedangkan penerbit menengah dan kecil, mulai merambah masuk ke kampus-kampus. Dan juga melakukan diskusi dan bedah buku di tempat-tempat yang gratis atau pun dengan cara win-win solutions.

Pengalaman pribadi, ketika meluncurkan buku pertama Perkawinan Antarbangsa; Love and Shock. Saya dan EO bergerilya mencari sponsor, sebab sesuai perjanjian dengan penerbit tidak ada bantuan dana promosi buku. Saya memilih tempat di Blizt dengan asumsi bahwa sasaran pembaca buku adalah anak muda dan remaja yang belum menikah.

Semuanya itu merupakan cara-cara unik dari sekian cara untuk mempromosikan buku agar menarik minat pembeli. Mungkin di masa datang akan muncul ide unik lain yang mungkin bisa disebut ide gila cara meluncurkan buku.

Megara, 2 Juni 2008.

Selasa, 27 Mei 2008

LOMBA ANTAR BLOGGER DALAM RANGKA PESTA BUKU JAKARTA 2008

Dalam rangka kegiatan pesta buku jakarta dan ulang Tahun jakarta, panitia PBJ akan mengadakan lomba antar Blogger akan di mulai tanggal 23 mei s/d 1 Juli 2008. Kegiatan ini merupakan salah satu apresiasisi para blogger terhadap dunia buku. Karena bidang IT terutama internet atau dunia maya memiliki peran penting dalam informasi-informasi mengenai buku dan lai-lain. untuk itu panitia mencoba mengadakan Lomba Blogger sebagai media apresiasi terhadap dunia buku. Harapan dari Lomba ini semakin banyak orang akan apresiasi terhadap Dunia IT terutama internet/ dunia maya dalam bentuk Ngeblog. Disamping itu juga mengenal dunia perbukuan.




A. KETENTUAN PESERTA

1. Peserta dari SMA, Perguruan Tinggi dan masyarakat umum
2. Lomba Antar Blogger yang akan di mulai tanggal 23 mei s/d 1 Juli 2008

B. CONTENT (ISI) LOMBA BLOGGER

Content Lomba blogger :

1.Nama Blog atas nama peserta lomba.

2.Tema Besar “Pesta buku Jakarta 2008” dan menampilkan Banner Pestabuku di halaman depan Blog. Banner "PestabukuJakarta" bisa diambil di web site www.pestabukujakarta.com bagian bawah web site : PESTABUKUJAKARTA 2008 ( YANG BERGAMBAR PATUNG TANI DAN ONDEL-ONDEL)

3.Isi/conten dalam blog.

Resensi 10 buku apa saja
Tema buku apa yang anda paling suka( sastra, Novel, agama, ilmu sosial dan politik) dan berilah komentar salah satu tema buku yang anda suka
Bagaimana apresiasi anda terhadap buku
Komentar salah satu buku yang anda suka baca, Mengapa anda suka dengan buku yang anda baca?
Setiap Blogspot harus diberi komentar minimal 20 orang dan lebih banyak lebih bagus
Komentar Blog tentang Pestabukujakarta, dan usul–saran dari peserta blog mengenai pameran ini sendiri.
Blog harus mempunyai Link ke 20 blogger teman
Semua Blog mencatumkan link www.pestabukujakarta.com
Menampilkan Schedule dan Lomba-Lomba acara dalam Pesta Buku Jakarta 2008 yang ada dalam web site www.pestabukujakarta.com
4.Nama Blog dapat di Kirim ke email pestabukujakarta@pestabukujakarta.comAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya , ikapijaya@pestabukujakarta.comAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya atau info@pestabukujakarta.comAlamat e-mail ini dilindungi dari spambot, anda harus memampukan JavaScript untuk melihatnya di sertakan data identitas:

1. Nama;
2. Alamat:
3. Pekerjaan:
4. Nama web Blog

5.Lomba Blog. ini dimulai tanggal 22. Mei s/ d 1 juli 2005 dan pengumuman Lomba ini pada tanggal 4 Juli 2008 di Arena Pameran Pesta Buku Jakarta atau di website:www.pestabukujakarta.com

6.Penilaian Blogs oleh dewan Yuri :

Bentuk atau penampilan web blog yang bagus.
Isi Conten Mengenai buku dan Menampilkan Banner Pestabuku jakarta 2008
Jumlah banyak yang mengunjungi blog dan komentar terhadap web blogspotnya
Jumlah banyak Link ke Web Blog
7. Keputusan dewan Yuri tidak dapat di ganggu gugat.

Dewan Yuri terdiri dari:
1. Raditya Dika
2. Yayan Sofyan

D.HADIAH PEMENANG

Juara 1.

Uang senilai 5 juta rupiah
Sertifikat dari Panitia PBJ
Juara 2

Uang Senilai 3 juta Rupiah
Sertifikat dari Panitia PBJ
Juara 3

Uang Senilai 2 juta Rupiah
Sertifikat dari Panitia PBJ
PANITIA PBJ 2008