Kamis, 04 Juni 2009

Spiritual Intellegence

Senin pagi kemarin saya melakukan perjalanan ke Athena dan sekitarnya. Naik KA cepat penuh sesak dengan turis dari berbagai negara. Bisa jadi turis suka ke Yunani sebab negara ini sejak zaman beheula hingga masuk abad 20 tetap saja tampilan kuno dan bersahaja. Walaupun harga makanan dan minuman melambung - turis ke Yunani tetap ramai. Kemarin di teve heboh soal harga Greek salad yang dijual ke turis seharga 12 euro, padahal harga normal hanya 5 euro. Hmm begitulah setiap tahun pasti ada kabar tentang turis yang complain.

Bekal perjalanan selalu sebuah buku untuk bacaan dalam Metro. Mau bawa bekal makanan dan minuman tidak mungkin. Karena di semua stasiun kereta api dilarang makan dan minum, apalagi merokok. Tidak heran jika kondisi tempat umum di Yunani bersih dan tidak ada satu sampahpun terlihat. Melihat pemandangan melalui kaca kereta api cepat sudah ratusan kali dan panorama yang tampak masih belum berubah. Saya memilih buku yang kecil agar muat dimasukkan dalam tas bahu yang mungil. Entah sudah berapa kali saya baca The Power of Spritual Intellligence; Tony Buzan.

Yang menarik dalam buku tersebut adalah bagian yang menulis tentang value atau nilai. Ingatan saya kembali ke dua puluh tiga tahun silam ketika diberi mata kuliah pengantar sosiologi – termasuk topik bahasan tentang nilai.

Jika berbicara tentang nilai spiritual tentu saja yang muncul adalah kejujuran, kebenaran, keberanian, kesederhanaan, kasih sayang, kerjasama, kebebasan, damai, cinta, pengertian, sedekah, tanggungjawab, toleransi, integritas, kemurnian, kesatuan, bersyukur, humor, persisten, sabar, adil, kesetaraan dan harmoni.

Nilai sebagai standar moral dan perilaku individu dimana pun dia berada. Individu sebagai manusia yang terbentuk dari susunan 200 tulang-belulang. Yang punya jantung berdetak memompa darah sebanyak 36 juta kali setiap tahunnya selama dia hidup. Mahluk unik yang memiliki milyun sel otak yang setara dengan 167 kali dari jumlah populasi bumi.

Dengan keunikannya tersebut manusia punya kemampuan yang tak terbatas untuk mengeksplorasi bumi. Bumi sebagai planet yang juga paling unik dan indah. Bumi dianggap sebagian besar otak manusia sebagai surga. Hingga muncullah individu yang atheis dan jauh dari konsep spiritual. Spiritus berasal dari bahasa Latin yang artinya nafas. Bisa dihubungkan juga dengan spirtus jenis alkohol untuk menyalakan lampu petromak (he he he).

Sepuluh tahun lalu saat saya masih bekerja di Jakarta terlibat percakapan dengan seorang pejabat di kantor imigrasi Jakarta Selatan. Ngalor-ngidul mempersoalkan masalah izin tinggal anak asing yang menetap di Jakarta, percakapan kami sampai pada masalah universal.

Pejabat tersebut sempat membuat saya kaget dengan pernyataannya “Saya sering berpikir, bahwa sebenarnya yang dimaksud surga itu adalah dunia ini. Ya di dunia inilah sebenarnya surga. Coba anda pikirkan di dunia tersedia berbagai macam jenis makanan lezat, minuman lezat dan keindahan serta kenyamanan. Tidak ada planet lain yang punya isi seperti bumi. Jika disebut ada surga di akhirat nanti, maka saya tidak bisa membayangkannya. dst….”

Saya tidak menjawab pernyataan, saya tidak mendebatnya dan tidak memberi komentar apapun. Saya cukup sebagai pendengar saja. Hingga saya memutuskan untuk tidak meneruskan mengurus izin tinggal anak saya. Saya hanya berpikir bahwa begitu mudahnya Allah SWT membuat seseorang disesatkan dan mudah juga bagi-Nya memberi petunjuk bagi yang dikehendaki-Nya.


Kembali berbicara masalah nilai yang berhubungan dengan moral. Astronot wanita pertama yang menjelajah angkasa asal Rusia; DR Valentina Tereshkova yang melakukan 48 kali orbit keliling bumi pada 16 Juni 1963. Sepulangnya dari jelajah angkasa dia berkata “Masalah besar manusia adalah polusi, lingkungan, melindungi bumi dari kerusakan. Juga kesehatan spiritual anak-anak kita. Bagaimana orangtua membimbing anak agar punya moral iba dan rasa belas kasih.”

Bersambung..


Masalah belas kasih dan perasaan iba sama halnya dengan perasaan bahagia, menurut para ahli ada hubungannya dengan faktor keturunan atau gen. Banyak contoh di dunia ini yang bisa dibuat sebagai teladan. Ayah saya pernah memberi nasi kapau bungkus bagiannya kepada kami anak-anaknya, sebab nasi yang dibelinya lezat sekali kami minta tambah. Walau setiap anak sudah mendapat masing-masing bagiannya, kasih sayang ayah melebihi rasa laparnya. Hal yang sama saya lakukan untuk anak-anak saya. Saya juga memberikan bagian saya jika anak-anak meminta tambah hidangan yang tersedia sudah habis.


Rasa kasihan, iba, adil, jujur dan nilai yang saya sebut diatas tadi ternyata semakin memudar dalam kehidupan masyarakat di mana saja. Saya membaca beberapa posting di milis-milis baik dalam maupun luar negeri. Milis dalam negeri sendiri yang sering menampilkan perasaan tidak toleransi. Sebuah milis agama memposting topik yang penuh kebencian terhadap suatu kelompok. Hujatan terhadap pengikut manhaj yang lain dan merasa manhajnya sendiri yang paling benar. Sebaliknya saya membaca milis luar negeri - manhaj sama dengan yang saya pilih di Indonesia, isi postingannya berbeda sekali. Hampir tidak pernah ada anggotanya yang menulis postingan isinya marah, mencela ataupun membicarakan keburukan kelompok lainnya. Rasulullah saw bersabda, “Memaki-maki orang muslim adalah fasik (dosa), dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam).” (HR Bukhari)



Jika saya boleh berpendapat bahwa kelompok-kelompok keagamaan di Indonesia sudah mulai lupa pada inti sebenarnya nilai spiritualnya. Kebencian dan kemarahan merupakan dua sifat yang saling terikat. Hingga disebutkan dalam hadist bahwa perang terbesar adalah melawan hawa nafsu. “Orang yang kuat tidaklah yang kuat dalam bergulat, namun mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Malik).

Hawa nafsu dan penyakit hati selalu bergumul setiap hari menyerang setiap manusia dan fitrahnya sebagai pemimpin alias khalifah di dunia ini. Misalnya saja sifat iri. Jangankan iri yang timbul ditujukan untuk individu lain, bahkan antara suami dan istri pun sangat sering timbul rasa iri satu-sama lainnya. Penyakit hati ini yang menyebabkan banyak manusia merasa hidupnya tidak bahagia. Padahal bahagia itu sangat mudah. Lenyapkan rasa iri dari hati dan pikiran Anda, kemudian timbulkan rasa bersyukur dengan apa yang telah Anda miliki dan yang sedang Anda idamkan. Yakin bahwa apa yang Anda idamkan akan terwujud.

Namun ada satu hal yang perlu Anda ingat, bahwa iri dan keadilan sangat tipis perbedaannya. Banyak individu yang memperjuangkan keadilan, bukan berarti mereka iri akan tetapi mereka berjuang menentang kezaliman, ketamakan dan sifat semena-mena. Sebab hanya syaitan saja yang membisikkan pikiran jahat pada manusia dan sudah digariskan oleh Allah SWT bahwa manusia di dunia ini akan menjadi musuh pada sebagian yang lain (Al A’raaf 20-24).

Kemarin saya mendengar kisah seorang istri melalui radio. Seorang wanita Yunani yang kaget karena menjumpai fakta bahwa suaminya yang sudah cukup umur selingkuh dengan wanita yang jauh lebih muda darinya. Mungkin untuk mengusir gundahnya, istri tersebut pergi ke Swiss jalan-jalan. Setibanya di Swiss, dia tiba-tiba tertarik untuk melakukan operasi plastik, lifting (pengencangan kulit). Bukan hanya operasi plastik wajah saja, tetapi dia juga melakukan operasi dada dan anggota tubuh lainnya. Kemudian dia belanja berbagai baju keluaran designer terkenal. Hingga dia menghabiskan uang sejumlah 550.000 euro.

Sepulangnya dia di Yunani, suaminya juga kaget sebab mendapati tagihan bank yang sangat besar. Sebab istrinya menggunakan kredit card, cek dan semua pembayaran atas nama suaminya. Akibat kegundahan istri yang mengetahui suami nyeleweng, dia melarikan diri dengan jalan shopping dan traveling. Bukannya mengatasi masalah malah timbul masalah baru dalam perkawinan mereka. Suami berubah menjadi musuh bagi istrinya melalui pengadilan.

Di lain pihak, Madonna yang sudah berusia setengah abad lebih. Dia bosan pada suaminya- bercerai dan tertarik untuk menikahi anak muda usia 20 tahun seorang model. Jesus Luz yang beda usia 23 tahun dari Madonna diajak oleh penyanyi terkenal dan tajir tersebut untuk menjadi pengikut Kaballah. Nilai spiritualnya tetap dijaganya walaupun persepsi dunia tindakan Madonna tersebut ‘rese’ atau risih. Karena biasanya selebritis kakek-kakek yang berhubungan dengan remaja gadis belasan tahun (terlepas dari sebutan pedofile).

Di belahan dunia lain, seorang Ibu yang sudah belasan tahun menikah mengetahui suaminya memang hobi selingkuh. Sejak awal suami mulai bekerja sebagai pegawai negeri hingga kini mendapat jabatan yang tinggi dan fasilitas tunjangannya yang sudah melebihi dari kebutuhan mereka. Si Ibu ini tidak stress dan bingung ataupun kaget ketika mengetahui kebohongan-kebohongan suaminya yang sudah ratusan kali punya cem-ceman. Ibu tersebut tidak lantas kalang kabut minta cerai, atau mendamprat wanita idaman lain suaminya. Dia pergi ke ahli agama, mengikuti pengajian, mengurusi anak yatim, mengikuti kegiatan charity dan banyak kegiatan yang berhubungan dengan kemanusiaan. Hingga akhirnya, doa Ibu tersebut dikabulkan. Suaminya mengaku salah dan bertobat tidak selingkuh lagi. Sebab pada akhirnya suaminya sadar bahwa semua cem-cemannya hanya mencari materi dan numpang nebeng kemudahan hidup darinya.

Menjaga kesehatan spiritual anak-anak adalah dengan jalan mencontohkannya dalam tindakan sehari-hari. Tidak mungkin seorang anak akan rajin mengaji jika ayahnya sibuk di kantor dan meeting. Tidak mungkin seorang anak akan khusuk sholatnya jika Ibunya sibuk meng-update status di facebook dan anaknya disuruh sholat sendirian. Hidup ini mudah dan indah jika saja semua berpegang pada ajaran agama dan nilai spiritual yang dijaga melalui membaca kitab suci masing-masing agama. Bukan melarikan diri ke mall, curhat sama teman membuka aib suami dan keluarga sendiri atau bahkan plesiran ke luar negeri menghamburkan uang. Bahwa siapa saja yang mengadakan perbaikan dijamin pasti bahagia. Bukan membuat kerusakan.


Mengajarkan anak berdoa sejak kecil juga merupakan penanaman nilai spiritual. Pengalaman saya sejak kecil, setiap saya menginginkan sesuatu selalu tercapai. Walau harus menunggu beberapa waktu, bahkan hingga puluhan tahun. Alhamdulillah tidak ada doa-doa saya yang tidak dikabulkan oleh Allah SWT. Sebab jika belum dikabulkan artinya Tuhan menginginkan saya agar terus berdoa supaya suatu waktu terkabul. Sehingga mengucapkan doa dengan lisan dan hati tidak harus bosan dengan doa yang sama dan yang itu-itu juga. Karena sifat bosan juga termasuk penyakit hati ( he he he makanya jangan sampai bosan sama istri atau suami). Selain itu doa yang saya minta tidak doa yang aneh-aneh, saya meminta hal-hal yang wajar dan untuk kebaikan dunia dan akhirat keluarga.

Mengucapkan salam ketika bertemu dan masuk rumah atau keluar rumah cukup mudah ditanamkan pada anak. Mengutip ayat di surah Al Araaf bahwa ucapan salamun alaikum adalah ucapan untuk penghuni surga. Maka anak-anak dengan senang hati mengucapkannya setiap hari. Setiap saya bertemu atau berbincang melalui telepon dengan Ustad asal Lebanon, beliau selalu menekankan bahwa saya harus banyak waktu untuk anak-anak. Bahkan diingatkan agar saya jangan menulis melulu. Si bungsu sudah bisa protes kalau saya minum tidak habis di gelas, maka dia mengingatkan saya harus menghabiskannya agar tidak mubazir. Tentu saja hal ini membuat saya senyum sendiri, sebab ketika berada di Yogya- jika bertamu minuman yang dihidangkan di gelas tidak harus dihabiskan semuanya.

Bersambung…

Tidak ada komentar: