Selasa, 26 Februari 2008

“KETIKA PEREMPUAN INDONESIA HIDUP DALAM BUDAYA SUAMI ASING

DISKUSI BUKU :


Judul Buku :“LOve and ShOck :Perkawinan Antarbangsa”
Penulis : Hartati Nurwijaya
Tahun : 2007
Penerbit : Restu Agung, Jakarta
Tebal Buku : xv-211 hal






“KETIKA PEREMPUAN INDONESIA HIDUP DALAM
BUDAYA SUAMI ASING”








Oleh : Dra.Sri Setyawati,MA
(Antropologi-FISIP Unand)











Disampaikan dalam Seminar dan Diskusi Buku
Thema : “Culture Shock:Perkawinan Antar Bangsa”. Diadakan oleh Fakultas Sastra Universitas Andalas pada Selasa, 6 November 2007 di Gedung E Universitas Andalas Padang.


Prolog
“Ketika aku harus memutuskan pilihan untuk berangkat ke Belanda atau tetap tinggal di Padang? Satu sisi jika aku jadi berangkat ke Belanda, maka orang tuaku memutuskan untuk tidak menganggapku sebagai anaknya lagi. Bagai buah simalakama posisiku saat itu....spirit of love – ku pada seorang pria Belanda akhirnya menghadirkan sisi realita yang mestiku hadapi. Bagaimana aku nanti disana..? Bagaimana nanti kalau dia tidak mencintaiku,sementara aku melakukan suatu pengorbanan yang tidak ternilai dalam hidupku sebagai anak? Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku saat itu...,akhirnya aku melakukan shalat memohon petunjuk dari Yang Kuasa, keputusan apa yang mestiku ambil. Kuputuskan...tidak jadi berangkat ke Belanda dan saat itu perlahan-lahanku mulai menghilangkan rasa cinta yang hadir selama 3 tahun kami lalui..Pilihan hidup telah diambil dalam hidupku, mesti sulitku dijalani”

Kata pertama yang keluar tentang buku ini adalah : kenapa baru sekarang buku ini keluar ?. Berbagai pengalaman subyektif dari penulis, sangatlah tepat bagi orang-orang yang memiliki atau akan melakukan suatu keputusan untuk mencintai laki-laki diluar dari bangsanya sendiri.
Kekuatan cinta ataukah siap menghadapi berbagai persoalan atas perbedaan-perbedaan “living of tradition” yang selama ini digunakan. Tulisan yang bersifat “holictic” dipaparkan penulis dalam buku ini, mulai dari kiat-kiat sebelum menikah dengan orang asing ( bab I ), kemudian telaahan secara teoritis tentang cara-cara mengatasi “culture shock” dari perspektif antropologis ( bab 2 ) dan sampai akhirnya life history yang berkaitan dengan pengalaman 6 perempuan Indonesia yang bersuamikan pria asing (termasuk penulis sendiri).
Salah satu mendorong kehadiran buku ini hadir adalah : keberhasilan atas perjuangan perubahan UU Kewarganegaraan Republik Indonesia, tepatnya UU RI no: 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia., sehingga sekarang anak-anak dari hasil perkawinan antarbangsa mempunyai hak untuk mendapatkan dua kewarganegaraan ganda terbatas. Sehingga penulis melampirkan UU no:12 Tahun 2006 ini.
Ucapan terima kasih atas perjuangan teman-teman perempuan, LBH APIK (termasuk sahabat saya Ratna Batara Munti), www.aliansipelangi.org, Srikandi dan lain-lain. Perjuangan tidak hanya sampai disini saja,masih ada beberapa kelompok yang mengalami kemarginalan dalam negaranya sendiri.Kepastian hukum sangatlah dibutuhkan pada saat sekarang, sedangkan hukum sudah pasti masih saja dapat perlakuan yang sepantasnya diterima. Terutama para TKW yang bekerja di luar negeri dan berbagai persoalan yang ada di negeri kita ini.
Menurut Edward Said dalam bukunya “Orientalisme”,ada sejumlah image bagi pria asing terhadap gadis-gadis dari Timur, yang notabene menganut tradisi Ketimuran. Perempuan Timur itu sangat menarik dan eksoktik sehingga menjadi perempuan idaman bagi pria Barat. Perbedaan cara pandang antara Orientalis dan Western, masih saja menyelimuti dalam pikiran pria Barat.
Dikatakan bahwa perempuan Timur itu, sangat setia, menarik, bisa melayani suami dengan baik jika berumahtangga dan hal positif lainnya. Kecantikan ketimuran memberikan nilai lain bagi pria Western, dibandingkan dengan perempuan Western. Makanya sekarang para model yang memiliki wajah oriental, sangatlah mewarnai para model dunia. Sehingga cara pandang seperti ini masih melekat, begitupun dengan perempuan Timur terhadap laki-laki Western. Makanya penulis, memaparkan secara komparatif kelebihan dan kekurangan perkawinan antarbangsa ( hal 8 ).
Berkaitan juga dengan hal diatas, juga dijelaskan apa yang menyebabkan terjadinya kejutan budaya (hal 28). Mengutip pendapat Dr.Lelervo Oberg (antropolog pertama yang mengenalkan istilah ini pada tahun 1958), kejutan budaya (culture shock) sebagai bentuk kegelisahan seseorang akibat pindah ke lingkungan yang sama sekali baru baginya.
Persoalan seseorang dalam kemampuan proses adaptasi sebenarnya sangatlah menentukan dalam hal ini. Ada sejumlah proses yang dilalui seseorang ketika dia hadir dalam culture yang berbeda. Berbagai strategi-strategi adaptif yang mesti dia lakukan dalam rangka “survive” dalam menjalankan kehidupannya. Menurut psikologi, mengatakan setiap individu mempunyai “Defence mechanism”, yakni adanya kemampuan seseorang dalam mengatasi berbagai persoalan. Ada sejumlah cara yang bisa dilakukan seseorang individu, apabila dia memiliki masalah. Dalam teori ini sebenarnya, memberikan keyakinan kepada kita bahwa, setiap individu mempunyai kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya yang baru. Dengan mengutip pepatah lama “lain padang lain belalang,lain lubuk lain ikannya”.
Namun cepat atau lambatnya proses tersebut, tergantung pada diri individu tersebut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan kebudayaan yang baru. Dalam buku ini, menceritakan pengalaman perempuan Indonesia yang mengikuti suami menetap di negara suaminya atau negara lainnya (diluar negara suaminya),namun masih dikategorikan negara Eropah (Belanda,Rusia, Swedia, Swiss, Italia).
Dan khusus untuk Yunani, berkaitan dengan pengalaman penulis yang bersuamikan dari negara Yunani, lebih banyak mendeskripsikan atau menuliskan secara etnografi tentang Yunani ( bab IV ), tulisan etnografi ini dipaparkan secara ringan dan mudah dipahami, sehingga buku ini juga bermanfaat bagi orang-orang yang ingin berkunjung ke negara Yunani atau sebagai buku panduan bagi para turis Indonesia.
Mulai dari, alam & geografis, demografi, sistem pemerintahannya, nilai-nilai yang dianut, tingkah laku ( stereotipe orang Yunani ), sistem perkawinan, pola makanan, sistem menyapa & memanggil, daily routine dan tradisi-tradisi yang khas ada di Yunan ini. Begitupun untuk negara-negara lainnya seperti : Belanda, Swedia, Italia, Rusia, dan Swiss.
Kelemahan dari buku ini adalah : photo-photo yang dimasukkan dalam tulisan ini lebih pada photo sebagai objek kebendaan seperti bangunan tempat tinggal apartemen, panorama, dan beberapa jenis makanan khas negara tersebut. Sebaiknya juga melampirkan photo-photo yang mencerminkan bagaimana kehidupan keluarga dari perkawinan antarbangsa ini, intinya pada orang-orang, bukan hanya tampilan kebendaan. Kalaupun mencantumkan photo dengan benda, namun mesti ada orang yang berkaitan dengan benda tersebut.Sehingga photo menjadi “hidup” dan menyampaikan pesan penting dan mendukung dari narasi tulisan.
Perbedaan disiplin lain dengan antropologi adalah terutama dalam menampilkan karya visual seperti photo-photo, yang disebut dengan antropologi visual. Dalam hal ini penulis, memiliki background ilmu sosiologi dan memiliki pengalaman dalam riset sangatlah mengerti tentang hal ini. Berbagai pengalaman penulis dalam pekerjaan dan menulis, memberikan warna hidup dalam buku ini.
Kemudian hadirnya beberapa istilah antropologi yakni asimilasi dan aqulturasi, yang keduanya merupakan proses dari terjadinya percampuran dua kebudayaan yang berbeda. Namun tingkat percampuran kedua konsep ini berbeda, satu sisi masih memperlihatkan masing-masing budaya dan di sisi lain menghadirkan budaya baru yang terbentuk dari hasil percampuran tersebut. Dalam hal ini tidak diperlihatkan secara dalam oleh penulis, bagaimana hasil kedua konsep ini dalam kehidupan rumahtangga ke 6 perempuan Indonesia dan sampai pada anak-anak mereka. Sosialisasi dan internalisasi nilai apa yang dipakai dalam kehidupan rumahtangga dari hasil perkawinan antarbangsa ini, tarik-menarik budaya (Indonesia sebagai budaya ibu) dan budaya dimana mereka tinggal ataupun budaya dari bapak / pria (Eropah). Proses pinjam meminjam kebudayaan akan terjadi, dalam rangka survive bagi keluarga / rumah tangga mereka.
Akhirnya, buku ini bermanfaat sekali bagi perempuan Indonesia yang mau...akan...telah memiliki “Love” pada pria asing, sehingga menjadi “warning” apabila akan melangsungkan pernikahan/perkawinan. Saran terakhir : mesti hadir suatu tulisan tentang bagaimana perkawinan antarbangsa dari sisi laki-laki Indonesia dengan perempuan Asing.
Terima kasih.

Tidak ada komentar: