Rabu, 24 September 2008

Kiat Menjadi Kaya


He who is not contented with what he has, would not be contented with what he would like to have

-- Socrates (469 BC – 399 BC)




Seperti biasa setiap akhir pekan datang TKI dari Athena yang bekerja di rumah orang Yunani kaya. Saya sebut kaya sebab hanya mereka yang mampu untuk membayar gaji pembantu sebesar 750 Euro hingga 800 Euro per bulan. TKI datang membantu dengan balas jasa 5 Euro per jam membersihkan rumah. Sejak saya kembali dari rumah sakit beberapa bulan lalu terasa agak beda. Saya cepat lelah apalagi mengurus tiga anak dan rumah dua lantai.

Sambil membersihkan Mar berkisah. Bahwa di rumah majikannya tidak akan pernah ditemukan ada uang terselip di bawah kolong tempat tidur atau di bagian lain rumah. Sedangkan di rumah saya dia menemukan banyak logam sen euro. Terlepas majikannya tidak punya anak kecil. Lalu saya tanya padanya,”Mar, majikanmu itu kaya makannya apa?”
“Di rumah majikan kalau masak ya cuma satu macam saja. Kalau spaghetti ya hanya itu saja menunya. Tidak seperti kita ya Bu orang Indonesia senang memasak macem-macem. Majikan saya pelit Bu! Walau rumahnya lima lantai dan luas 3000 meter mirip istana Bu.”

“Lah piyee toh Kamu ini. Orang Yunani lainnya malah lebih banyak jenis hidangannya,” saya menepis pendapatnya tentang orang Indonesia boros kalau punya uang.
“Ya pantes saja majikanmu itu kaya. Sebab dia berhati-hati menggunakan uangnya, tidak boros.”

Contoh perilaku majikan si Mar yang kaya. Bukan kasus pertama saya ketahui. Sejak kecil pun saya sudah mengerti mengapa Pak Tuo lebih aman hidupnya. Walau pun Pak Tuo hanya seorang pedagang dengan toko yang sederhana. Sebab istrinya yang saya panggil dengan sebutan Mak Tuo selalu berhemat dan hati-hati menggunakan uang. Bahkan hingga rendang jamuran berbulan-bulan disimpan di bawah tempat tidurnya. Alasannya agar tamu yang datang tidak meminta rendangnya.

Dalam agama kita dilarang bersifat bakhil atau pelit. Bahkan dalam pergaulan pun orang pelit tidak disenangi. Perbedaannya tipis antara pelit dan hemat.

Pagi ini saya membaca email dari motivator Mike Brescia. Menurutnya ada tiga cara agar menjadi kaya. Pertama, menerima penghasilan besar. Kedua, investasi uang dalam bentuk asset yang berguna. Contohnya Donald Trump yang kaya melalui investasi di bidang real estate dan gedung pencakar langit. Ketiga, tidak menghabiskan uang secara bodoh untuk hal-hal yang tidak berguna.

Kasus yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita adalah cara ketiga. Banyak diantara kita, terutama para ibu-ibu rumah tangga yang boros. Ketika saya masih bujangan dan sudah bekerja di BUMN. Setiap bulan gajian langsung belanja. Entah itu membeli baju atau buku-buku. Namun kebanyakan baju yang saya beli tidak saya pakai. Karena setelah dibeli dan dicoba di rumah merasa tidak suka. Saya tetap memakai baju kesayangan yang itu-itu saja. Akhirnya baju-baju yang dibeli saya berikan ke teman.

Ada lagi teman sekantor seorang ibu dengan dua anak. Setiap dia belanja sering tergiur untuk membeli barang lain yang bukan dalam daftar belanjaan. Akibatnya dia terpaksa memakai kartu kredit dan tagihan datang tiap bulan beserta bunga yang besar.

Sebaliknya ada seorang ibu yang selalu berhati-hati ketika berbelanja. Mertua saya misalnya. Ketika berbelanja dia memilih tempat belanja yang harganya lebih murah. Dengan barang yang sama bisa didapatkan di tempat lain yang lebih murah. Contohnya barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual di supermarket. Ada supermarket A menjual lebih mahal dibanding supermarket B dengan kualitas barang yang sama.

Sehubungan dengan H-7 ummat Islam akan merayakan Idul Fitri. Semoga artikel ini bisa mengingatkan kembali masalah keuangan kita.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Terimakasih atas tulisan ibu yg slalu
memberikan wawasan baru.

Mohon maaf lahir & bathin atas sgala salah dan khilaf.:-)

tia mengatakan...

dear mbak Hartati...
Saya mantan alumni smo 3. Meskipun, nggak aktif-aktif banget nulis, saya selalu mencoba untuk terus menulis.
Mbak, gimana rasanya hidup sebagai muslim di Yunani? Nggak kebayang deh. Aku aja yang cuma hidup di jepang satu tahun sempat homesick nggak karena jarang denger suara adzan..:-)
Subhanallah, saya bisa tahu cerita ketika idul fitri di yunani. Thanks ya atas sharingnya!!